Jumat, 18 Desember 2009

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 27


Yushin (Uhm Tae-woong) benar-benar serius, ia menyatakan siap mendampingi Deokman (Lee Yo-won) sebagai seorang bawahan dan tidak akan bersikap kurang ajar lagi atau memperlakukan Deokman bagai seorang pria memperlakukan wanita yang dicintainya.

Ucapan Yushin membuat hati Deokman seperti ditusuk-tusuk, ia langsung membalikkan badan untuk meninggalkan tempat itu. Tiba-tiba Yushin menarik tangan Deokman, dan langsung memeluknya sambil mencucurkan air mata. Deokman sadar bahwa itulah saat terakhir dirinya bisa berdekatan dengan Yushin sebagai seorang pribadi.

Mampu menduga kalau pasukan Mishil (Go Hyeon-jeong) bakal menekan rakyat Gaya setelah mereka kedapatan berbohong soal lokasi Bokyahwei, Deokman memerintahkan Yushin untuk mengorganisir pengungsian besar-besaran dari wilayah Samyang menuju Amyang, tanah yang telah diberikan Yushin sekaligus tempat tinggal rakyat Gaya yang baru.

Langkah berikut Deokman adalah meyakinkan Guru Wolcheon untuk membantunya, tugas tersebut tidaklah mudah. Saat hendak mulai menginterogasi, Deokman mendadak teringat dengan sosok Seolji (Jung Ho-geun), yang pernah dikenalnya saat baru datang ke Seorabol. Seolji juga tidak kalah kaget, ia tidak menyangka gadis remaja yang pernah mendatangkan hujan kini ada dihadapannya.

Meski menjadi tahanan, Guru Wolcheon bergeming dan malah membalikkan pertanyaan Deokman soal apa yang membedakan gadis itu dengan Mishil dan apa yang membuat pria tua itu tergerak hatinya. Sempat menuturkan apa yang menjadi idealismenya, Deokman menyodorkan buku almanak bangsa Wei dan meminta Guru Wolcheon menentukan sendiri apa yang harus dilakukan.

Rupanya, Deokman bisa menebak bahwa sebagai seorang ilmuwan, satu-satunya kelemahan Guru Wolcheon adalah rasa ingin tahu. Begitu pria itu mulai membaca almanak, maka hal berikut yang bakal dilakukannya adalah memperhitungkan kapan terjadi gerhana matahari.

Di kediamannya, Mishil marah besar saat diberitahu bangsa Gaya tidak ada di tempat pengasingan mereka. Yang membuatnya kaget, ternyata Deokman bisa tahu soal Guru Wolcheon yang ternyata berada tangan gadis itu.

Rencana Deokman mulai mendapat hambatan ketika Guru Wolcheon menolak membantunya. Saat bincang-bincang, baru ketahuan kalau alasan pria itu kerap membantu Mishil adalah karena ia berhutang budi dengan mendiang Sadaham.

Dipusingkan oleh penolakan Guru Wolcheon, Deokman dibuat gembira oleh kemunculan Jukbang (Lee Moon-shik), Godo (Ryu Dam), dan dua rekannya di klan Kembang Naga. Kejutan didapatkan oleh keempatnya ketika Yushin memberitahu kalau Deokman adalah seorang putri, sehingga otomatis mereka harus memberi hormat.

Keesokan harinya di istana, Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dihebohkan oleh banyaknya burung yang mati di halaman istana dan patahnya papan nama balai pertemuan. Rupanya, kehebohan tersebut adalah bagian dari rencana Deokman. Rencana berikutnya kembali melibatkan burung, dan kali ini yang banyak berperan adalah Bidam (Kim Nam-gil).

Rencana Deokman tersusun rapi, ia telah berpikir beberapa langkah kedepan dengan mengutus Yushin ke istana demi meminta bantuan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) seputar masalah prasasti berisi ramalan tentang anak kembar yang bakal membawa bencana.

Rakyat kembali dihebohkan ketika sumur Najung yang dianggap keramat memuntahkan darah, mereka meminta Mishil untuk melakukan upacara persembahan demi menghilangkan kemarahan dari langit. Waktu terus berjalan, Deokman masih terus berusaha meyakinkan Guru Wolcheon untuk membantunya.

Dengan berat hati, Raja Jinpyeong memohon Mishil untuk menuruti kehendak rakyat. Di saat pemegang segel kerajaan itu menggelar upacara persembahan, Yushin berhasil mendapat salinan prasasti peninggalan leluhur Shilla (berisi tentang ramalan bayi kembar) yang hanya tinggal separuh bagian.

Usaha Deokman menemui hasil, ia berhasil mendapatkan kepastian kapan gerhana matahari bakal terjadi. Namun ketika ditanya, ia mengaku hanya akan memberitahunya ke Bidam, yang tengah bersiap untuk menjalankan rencana terbaru sang putri.

Setelah sempat dihebohkan oleh banyaknya burung yang beterbangan di atas istana mendiang Putri Cheonmyeong, paginya seorang pria bertopeng berada didepan sumur Najung. Dengan kemampuannya, ia berhasil memunculkan bagian terakhir dari prasasti leluhur Shilla.

Kejadian tersebut sontak membuat rencana Mishil berantakan, para prajurit langsung diperintahkan untuk mengepung sumur Najung. Mata Mishil langsung membelalak kaget saat membaca apa isinya, yang meramalkan gerhana matahari bakal menandakan kemunculan putri kedua Raja Jinpyeong yang bakal membawa kemakmuran bagi Shilla.

Hanya dengan sekali lihat, Mishil dapat menebak bahwa prasasti tersebut adalah palsu. Ia langsung memerintahkan Bojong (Baek Do-bin) untuk meringkus pria bertopeng yang tidak lain adalah Bidam yang menyamar.

Di istana, raja Jinpyeong sangat kaget saat diberitahu bahwa bagian kedua dari prasasti peninggalan leluhur Shilla telah muncul. Sempat nyaris percaya, akhirnya Ratu Maya memberitahu bahwa kemungkinan besar prasasti tersebut adalah buatan Deokman.

Rupanya Bidam mengemban misi khusus dari Deokman, ia harus menyakinkan Mishil kalau gerhana matahari bakal terjadi meski sesungguhnya hal itu tidak akan menjadi kenyataan. Misi tersebut tentunya tidak mudah, karena taruhannya adalah nyawa Bidam sendiri. Akhirnya, Bidam dan Mishil saling berhadapan.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 26

Deokman (Lee Yo-won) memaparkan rencananya : satu-satunya cara untuk mengalahkan Mishil (Go Hyeon-jeong), yang di saat yang sama tengah menanyakan perihal gerhana matahari ke Guru Wolcheon, adalah dengan mematahkan pengaruhnya yang begitu besar di tengah kalangan rakyat.

Di luar gua, Deokman kembali meminta Yushin untuk tidak menyertainya karena setiap melihat pimpinan klan Kembang Naga itu, hati Deokman untuk pergi sejauh mungkin dan hidup bahagia bersama Yushin menguat. Ucapan itu membuat mata Yushin berkaca-kaca, apalagi Deokman menyebut bakal menggunakannya bagai bidak catur apabila pria itu tetap nekat.

Rencana pertama adalah berusaha membujuk Guru Wolcheon untuk bergabung. Sayangnya Deokman bersama Alcheon (Lee Seung-hyo) dan Bidam (Kim Nam-gil) datang terlambat. Sesampainya di kuil Hwadoek, Guru Wolcheon telah diculik organisasi misterius yang berniat memerdekakan bangsa Gaya yang dikenal dengan nama Bokyahwei.

Begitu melihat kesempatan, Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) berhasil melarikan diri sambil membawa Sohwa (Seo Young-hee) yang seperti orang linglung. Namun saat pelarian, Sohwa ambruk terkena panah anak buah Mishil dan langsung dibawa pulang ke Seorabol.

Berita soal organisasi rahasia Bokyahwei tidak cuma membuat heboh kubu Mishil, yang langsung memerintahkan supaya Guru Wolcheon bisa ditemukan, namun juga Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Bahkan, target berikutnya Bokyahwei adalah keluarga Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) yang dianggap bertanggung jawab membuat rakyat Shilla terusir dari Seorabol.

Tidak mampu membujuk sang ayah membuat Yushin frustrasi, ia mengalihkan kekesalannya dengan menghantamkan pedang kayunya berulang-ulang ke karang tempatnya berlatih. Mulai frustrasi karena merasa nasib Deokman sulit ditolong lagi, pikiran Yushin seolah terbuka setelah karang yang dihantamnya mendadak terbelah menjadi dua.

Merasa telah mendapat jalan keluar, Yushin kembali kerumah untuk memberitahu Kim Seohyeon supaya keluarga mereka berani mempertaruhkan segalanya. Mendadak sebuah panah melesat, pertanda bahwa anggota Bokyahwei bersiap mengincar keluarga Kim Seohyeon.

Yushin tidak tinggal diam, ia mengejar dan berhasil menundukkan beberapa anggota Bokyahwei yang mengepungnya. Di luar dugaan, Yushin menyerahkan diri dan meminta salah seorang diantaranya mengikat dan membawanya ke markas besar Bokyahwei.

Saat melarikan diri, Jukbang dan Godo bertabrakan dengan seorang pria yang tengah menempelkan pengumuman di tengah kota. Keesokan harinya, pengumuman yang membeberkan tentang anak kembar Raja Jinpyeong, ramalan kuno bangsa Shilla, hingga keberadaan putri bungsu raja kontan membuat penduduk gempar.

Desas-desus tersebut membuat Raja Jinpyeong murka, ia mengira pelakunya adalah Deokman. Padahal, dalangnya adalah Sejong (Dok Go-young) dan Hajong (Kim Jung-hyun), yang sudah tidak sabar mendongkel Raja Jinpyeong dari tahtanya. Meski tahu, Mishil hanya diam saja karena menganggap cara tersebut adalah cara pengecut. Satu-satunya yang bisa menebak jalan pikiran Mishil adalah Seolwon (Jun Noh-min).

Kubu Bokyahwei sangat terkejut saat tahu Yushin menyerahkan diri dengan suka rela, ia disambut oleh Seolji (Jung Ho-geun). Sempat adu mulut, Wolya nyaris saja menebas Yushin kalau saja tidak dihentikan oleh Wolya (Joo Sang-wook), yang langsung memperkenalkan diri sebagai pimpinan Bokyahwei karena terkesan dengan kenekatan Yushin.

Yushin ternyata datang dengan penuh perhitungan, ia membawa sertifikat tanah yang merupakan aset keluarganya untuk diberikan pada para pengungsi Gaya yang tengah menderita. Rupanya, Yushin berniat menukar semua miliknya dengan kesetiaan para personil Bokyahwei.

Di persembunyiannya, Deokman dengan tepat mampu menebak langkah kubu Mishil selanjutnya : membantai satu-persatu penduduk suku Gaya sampai ada yang mau buka mulut soal markas Bokyahwei. Diam-diam, salah seorang penduduk berniat melaporkan apa yang terjadi. Apes baginya, ia dicegat oleh Bidam (Kim Nam-gil) dan Imjong (Kang Ji-hoo).

Mata penduduk itu langsung membelalak kaget saat tahu Bidam bisa membaca bahasa isyarat yang biasa digunakan suku Gaya. Cuma ditemani oleh Bidam dan Alcheon (Lee Seung-hyo), Deokman nekat mendatangi desa Nobang dimana kelompok Bokyahwei bermarkas.

Baru saja mengendap-ngendap masuk, mereka langsung dikepung. Pertempuran nyaris saja terjadi, namun tiba-tiba terdengar suara Yushin. Sudah tentu, kehadiran Yushin membuat Deokman, Alcheon, dan Bidam kaget. Melihat Yushin begitu mengenal rombongan penyusup yang datang, Wolya sempat keheranan.

Dengan suara lantang, Yushin menyebut bahwa Deokman-lah orang yang bakal memimpin persekutuan antara Bokyahwei dengan dirinya. Tidak cuma itu, Yushin juga mengatakan kalau dirinya telah menobatkan Deokman sebagai majikannya.

Ucapan itu membuat Deokman kaget, apalagi setelah Yushin dan disusul Wolya, Seolji, anggota Bokyahwei, hingga Alcheon dan Bidam berlutut dihadapannya sambil menyatakan kesetiaan mereka mengikuti sang putri hingga ajal.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 25

Baik Deokman (Lee Yo-won) maupun Yushin (Uhm Tae-woong) tidak melepaskan diri dari perasaan bersalah atas kejadian yang menimpa Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin). Begitu Deokman mengucapkan isi hatinya, Yushin cuma bisa berlutut sambil menangis.

Yushin mengira waktu bisa mendinginkan Deokman, namun dirinya keliru. Tekad Deokman untuk kembali ke Seorabol demi membalas dendam justru semakin kuat, kepergiannya sempat dilihat oleh Bidam (Kim Nam-gil). Mengira Deokman hanya bercanda, Bidam cuma bisa terbengong-bengong melihat gadis itu dengan mantap melangkah pergi.

Saat tengah melihat-lihat suasana desa, dimana penduduk mulai bergosip seputar penyebab kematian Putri Cheonmyeong, tiba-tiba Bidam ditegur oleh Munno (Jung Ho-bin). Rupanya, sang guru hendak mengajaknya meneruskan perjalanan mereka berkelana.

Namun begitu Bidam menyebut berniat menolong nangdo yang pernah diselamatkannya, Munno melihat ketulusan di mata muridnya. Sempat teringat dengan kejadian di masa lalu saat baru saja menyelamatkan Sohwa (Seo Young-hee), Munno akhirnya mengijinkan Bidam menjalankan niatnya dan menyusul setelah semuanya selesai.

Setelah pemakaman Putri Cheonmyeong selesai, Alcheon (Lee Seung-hyo) mendadak muncul di istana dengan pakaian lengkap hwarang dan riasan wajah. Dengan lantang, ia berlutut didepan istana sambil menyerukan supaya Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) mengusut tuntas penyebab kematian sang putri.

Mishil (Go Hyeon-jeong) tidak kalah cerdik, ia menggelar rapat kabinet bersama para petinggi istana mulai dari Sejong (Dok Go-young), Eulje (Shin Goo), Kim Seohyeon (Jung Sung-mo), Yongchun (Do Yi-sung), Hojae (Go Yoon-hoo), Hajong (Kim Jung-hyun), hingga Seolwon (Jun Noh-min). Dalam rapat tersebut, Mishil membelokkan kecurigaan pada kubu Eulje, yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Putri Cheonmyeong.

Masih dalam keadaan berduka, Raja Jinpyeong yang lemah akhirnya menyebut kematian putrinya adalah karena kecelakaan. Dengan senyum penuh kemenangan, Seolwon memberitahu kabar tersebut pada Alcheon sambil mengancam bahwa semua tuduhan tak berdasar bakal berujung hukuman mati. Keruan saja, Alcheon sangat kecewa mendengar keputusan Raja Jinpyeong.

Begitu kembali ke kediamannya, Mishil berniat menghabisi Misaeng (Jung Woong-in) yang dianggap telah mengacaukan semua rencananya. Dengan nyawa berada di ujung tanduk, Misaeng ternyata mampu menyelamatkan dirinya dengan menjanjikan Mishil akan datangnya gerhana matahari dengan bantuan Wolcheon.

Setelah menyelesaikan masalah dengan adiknya, hal terakhir yang harus dibereskan Mishil adalah Seori (Song Ok-sook). Tidak memperdulikan nasehat sang pendeta agung, Mishil meninggalkan botol berisi racun sebelum pergi.

Merasa gagal dalam menjaga keselamatan Putri Cheonmyeong, Alcheon berniat bunuh diri. Namun sebelum sempat menghujamkan pisaunya, ia dihentikan oleh Deokman. Sempat meminta nangdo itu tidak ikut campur, Alcheon sangat terkejut mendengar Deokman memintanya untuk membantu membalas dendam dan langsung berlutut sambil menyatakan kesetiaannya.

Misi pertama Alcheon adalah mengantarkan surat ke Raja Jinpyeong dan menemui Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) yang tengah terbaring sakit. Di istana, ia bertemu dengan Yushin yang baru kembali dan mengkuatirkan keadaan Deokman. Oleh Alcheon, Yushin diberitahu tempat dimana Deokman, yang tengah berusaha meyakinkan Bidam, bersembunyi.

Kecewa karena merasa tidak dilibatkan, Yushin cuma bisa terdiam ketika Deokman menyatakan alasannya : ia kuatir kalau kehadiran Yushin akan melemahkan tekadnya membalas semua perbuatan Mishil. Apalagi bila statusnya sebagai putri raja sudah pulih, hubungannya dengan Yushin bakal berubah drastis.

Berhasil menyusup masuk sebagai pelayan kuil untuk menemui Ratu Maya, langkah Deokman berikutnya adalah mengkonfrontir Seori. Saat ditodong pisau, mata Seori terbelalak saat samar-samar melihat bayangan Deokman sebagai seorang ratu. Belum selesai keterkejutannya, tiba-tiba Seori dikagetkan oleh kedatangan seseorang.

Meminta Deokman untuk bersembunyi supaya nyawanya selamat, Seori menyambut sang tamu yang tidak lain adalah Mishil. Setelah mengatakan bahwa Mishil tidak akan pernah menjadi seorang ratu, Seori meminum racun sambil menyampaikan pesan terakhir : satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Mishil adalah Guru Wolcheon dari kuil Hwadeok.

Rupanya sebelum meninggal, Seori sengaja bicara keras supaya Deokman yang tengah bersembunyi bisa mendengar semuanya. Setelah kembali ke persembunyiannya, Deokman berniat untuk menemukan orang yang disebut Seori. Tidak cuma itu, ia juga menyebut niat utamanya : menjadi penguasa Shilla.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 24

Saat tengah mengendap-ngendap, Daenambo (Ryu Sang-wook) dikejutkan oleh Alcheon (Lee Seung-hyo) dan Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) yang mendadak keluar dari gubuk. Sempat gelagapan, Daenambo beralasan kemunculannya di tempat itu adalah karena kebetulan belaka.

Diam-diam, Daenambo terus mengikuti Putri Cheonmyeong meski muncul isyarat asap. Isyarat tersebut, yang ternyata dibuat oleh Bidam (Kim Nam-gil) dan Imjong (Kang Ji-hoo), mampu mengelabuhi pasukan pimpinan Bojong (Baek Do-bin) dan Seokpum (Hong Kyung-in). Sayang, siasat Putri Cheonmyeong yang bertukar identitas dengan Deokman (Lee Yo-won) terbongkar.

Dengan geram, Daenambo mengarahkan anak panahnya ke arah Deokman. Untungnya, Yushin (Uhm Tae-woong) bergerak cepat. Daenambo sendiri sempat terlibat perkelahian seru dengan Alcheon, namun ia bisa meloloskan diri untuk meneruskan misinya.

Sebelum Deokman berangkat dengan rakit, Putri Cheonmyeon sempat kembali bertemu dengannya untuk melepas sang adik. Tidak ada yang menyangka bahwa dari belakang, Daenambo mengarahkan anak panahnya ke sang putri karena mengira wanita itu adalah Deokman. Akibatnya fatal, Putri Cheonmyeong langsung ambruk terkena anak panah beracun.

Sebelum mengungsi, Bidam sempat melepas sejumlah anak panah yang salah satunya mengenai Daenambo. Apes bagi Daenambo, saat berusaha menghilangkan barang bukti, ia malah bertemu rombongan Bojong dan Seokpum yang dipimpin langsung oleh Seolwon (Jung Noh-min).

Di gua tersembunyi, Putri Cheonmyeong meregang nyawa sambil ditemani oleh Yushin, sementara Deokman menarik Bidam untuk mencari penawar racun. Dengan napas tersengal-sengal, sang putri akhirnya mengakui perasaannya pada Yushin. Setelah itu, ia meminta Yushin untuk terus menjaga Deokman dan melupakan soal Shilla maupun Mishil.

Memacu kudanya secepat mungkin, Bidam dan Deokman berpacu dengan waktu. Sayangnya usaha mereka terlambat. Saat sampai di gua, mereka disambut oleh wajah Alcheon yang penuh duka. Sempat histeris, saat masuk gua Deokman melihat Yushin menemani jasad Putri Cheonmyeong.

Tidak percaya apa yang terjadi, Deokman langsung menangis sejadi-jadinya saat membuka tudung yang menutupi wajah Putri Cheonmyeong. Dengan penuh duka, Alcheon membawa jenazah sang putri kembali ke Seorabol, sementara Yushin meneruskan tugasnya menjaga Deokman untuk pergi sejauh mungkin.

Begitu tiba sambil mendorong kereta, Alcheon disambut oleh rombongan prajurit pimpinan Seolwon. Mengira kalau yang bakal muncul adalah jenazah Deokman, Seolwon langsung berlutut dengan penuh rasa terkejut saat mendapati yang meninggal adalah Putri Cheonmyeong.

Berita meninggalnya Putri Cheonmyeong langsung membuat semua orang terpukul terlebih Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun). Pukulan juga dirasakan oleh kubu Mishil (Go Hyeon-jeong), yang langsung memerintahkan untuk menghentikan pencarian Deokman dan tidak bergerak sebelum mendapat perintah.

Di saat para pejabat Shilla sibuk mempersiapkan pemakaman Putri Cheonmyeong, Deokman yang masih belum bisa lepas dari syok langsung demam. Yushin yang merawatnya selama tiga hari tiga malam terkejut karena saat pagi, gadis itu sudah tidak ada di tempat tidurnya.

Rupanya, Deokman tengah duduk merenung sambil menatap air terjun. Paham atas kesedihan yang dialami gadis itu, Yushin berusaha menghiburnya. Ia menyerahkan sisir pemberian Putri Cheonmyeong sambil menyebut pesan terakhir yang disampaikan : Deokman harus hidup bahagia sebagai seorang wanita dan melupakan Shilla maupun Mishil.

Apa yang dilakukan Deokman selanjutnya sangat mengejutkan, ia menyebut tidak akan menuruti keinginan mendiang Putri Cheonmyeong sambil mematahkan sisir pemberian sang kakak.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 23

Berbeda dengan Yushin (Uhm Tae-woong) yang hanya bersenjatakan tongkat kayu, Bidam (Kim Nam-gil) dengan pedangnya tidak segan-segan membunuh lawan-lawannya. Namun yang paling membuat Seolwon (Jun Noh-min) kaget, Bidam memiliki jurus yang sama persis dengan Munno (Jung Ho-bin).

Meremehkan Yushin yang saat remaja sering dikalahkan, Seokpum (Hong Kyung-in) dan belakangan Bojong (Baek Do-bin) ternyata mampu dikalahkan oleh sang yunior. Begitu ada kesempaan, Bidam langsung mengajak Yushin dan Deokman (Lee Yo-won) untuk melarikan diri.

Berhasil lolos setelah melompat ke dalam air terjun, Yushin sangat kecewa saat Bidam memberitahunya kalau Deokman berniat bunuh diri. Namun saat ditegur, Deokman dengan marah menyebut sudah tidak ada lagi jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Siapa sangka, Yushin menyebut bahwa ia siap pergi sejauh mungkin dari Shilla dan meninggalkan semuanya demi Deokman.

Ditemani oleh Alcheon (Lee Seung-hyo), Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) menyusul Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) ke desa Gunmak. Begitu bertemu muka, ia langsung bisa menebak kalau ayah Yushin itu sudah bekerja sama dengan Eule (Shin Goo). Dengan marah, ia meminta Kim Seohyeon mengubah perintahnya supaya Deokman bisa ditemukan dengan selamat.

Gagalnya penangkapan Deokman membuat kubu Mishil (Go Hyeon-jeong) berang, namun wanita itu tetap ngotot supaya putri bungsu Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) itu ditangkap dalam keadaan hidup. Oleh Pendeta Seori (Song Ok-sook), Mishil kembali diingatkan bahwa ramalan bintang menunjukkan bahwa kehadiran dua putri kembar hanya akan membuatnya berada dalam kesulitan.

Untuk kesekian kalinya peringatan itu diabaikan oleh Mishil, sehingga Seori memutuskan untuk bicara dengan Misaeng (Jung Wong-in). Begitu mendengar kalau kehadiran putri kembar bakal mengancam Mishil, Misaeng mengutus salah seorang putranya Daenambo (Ryu Sang-wook) untuk menghabisi Deokman.

Saat tengah melacak keberadaan Deokman, secara tidak sengaja Alcheon melihat gerak-gerik seorang wanita yang mencurigakan. Saat diikuti, wanita tersebut secara tidak sengaja mempertemukannya dengan Bidam dan salah seorang penduduk desa.

Begitu ditodong pedang, Bidam langsung teringat oleh peringatan Yushin tentang warna ikat kepala hwarang yang harus dihindari. Mendengar Alcheon menyebut dirinya rekan Yushin, ditambah kemunculan Goksaheun (Jun Young-bin) dan Daepung (Park Young-seo) yang memakai kostum klan Kembang Naga, ia memutuskan membawa mereka ke tempat persembunyian.

Siapa sangka di tengah jalan Bidam berubah pikiran, dengan satu gerakan cepat ia merebut dan menghunuskan pedang ke arah Goksaheun dan Daepung. Suara adu mulut antara Bidam dan Putri Cheonmyeong terdengar oleh Deokman dan Yushin, yang langsung keluar dari persembunyiannya.

Di gubuk terpencil, Putri Cheonmyeong dengan sedih meminta Deokman untuk pergi sejauh mungkin dari Seorabol sambil minta maaf karena dirinya dan keluarga raja tidak mampu melindungi gadis malang itu. Sebelum pergi, Deokman diminta untuk mengganti pakaiannya dengan gaun yang sama persis dengan yang dikenakan Putri Cheonmyeong.

Begitu Deokman muncul, Putri Cheonmyeong langsung meneteskan air mata terharu. Sambil menyisir rambut Deokman, sang putri berpesan supaya adiknya bisa hidup bahagia bersama Yushin. Deokman hanya tersenyum tipis saat Putri Cheonmyeong meminta dirinya memanggil kakak, dan menyebut bakal menggunakan panggilan itu bila keduanya bertemu lagi.

Sementara itu, Goksaheun dan Daepung terus mengamati gerak-gerik pasukan Seolwon dan melaporkannya pada Alcheon. Keduanya tidak sadar kalau mereka diikuti oleh Daenambo, yang tanpa sepengetahuan atasannya mengemban misi rahasia dari Misaeng. Tidak ada yang sadar bahwa aksinya bakal mengubah sejarah.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 22

Dengan wajah penuh darah, Bidam (Kim Nam-gil) tersenyum sinis melihat musuhnya lari terbirit-birit. Sikapnya yang tidak bisa ditebak membuat Yushin (Uhm Tae-woong) yang baru tiba salah sangka, keduanya nyaris terlibat pertarungan kalau saja Deokman (Lee Yo-won) tidak melerai.

Setelah menyerahkan baju tempurnya, sebagai ganti ikat kepala yang digunakan untuk membayar makanan, Yushin bergegas mengajak Deokman meninggalkan gubuk persembunyian. Namun, keduanya tidak sadar kalau mata-mata Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) terus menguntit dan mengabarkan perkembangan yang terjadi pada sang majikan.

Begitu sampai di desa, Yushin melihat sekelompok hwarang tengah sibuk dan sadar bahwa Mishil juga tengah mengincar Deokman. Karena hampir semua jalan keluar diblokir, satu-satunya kesempatan bagi mereka adalah pergi ke desa Yangji yang tengah dilanda wabah misterius.

Kedatangan Yushin dan Deokman di desa Yangji bertepatan dengan saat Bidam (Kim Nam-gil) tengah dimarahi oleh gurunya, yang rupanya sudah hapal dengan watak muridnya yang tidak pernah melakukan segala sesuatu tanpa pamrih.

Penuturan Deokman dan Yushin yang membenarkan penjelasan Bidam membuat pria setengah baya yang ternyata adalah Munno (Jung Ho-bin) tersebut akhirnya mengalah, namun ia tetap memerintahkan sang murid untuk mencari bahan obat-obatan sebelum semuanya terlambat. Tidak cuma itu, Munno juga meminta Yushin dan Deokman untuk meninggalkan desa Yangji.

Saat tengah mencari akar jahe liar, sosok Bidam terlihat oleh Seolwon (Jun Noh-min). Dengan iming-iming memberi apa yang dicari Bidam, Seolwon mengajukan satu syarat : pria berpenampilan seperti gelandangan itu harus menyerahkan Deokman sebagai imbalannya.

Memutuskan untuk tinggal membantu Munno, tanpa tahu siapa pria itu sebenarnya, Yushin dijebak oleh Bidam hingga terkurung di kandang yang sempit. Tidak memperdulikan teriakan penuh amarah dari pria itu, Bidam mengikat Deokman yang rencananya bakal diserahkan ke Seolwon.

Dengan wajah dingin, Bidam menyebut bahwa Deokman bakal menyelamatkan ratusan orang yang tengah terjangkit penyakit. Ucapan itu membuat mental Deokman semakin ambruk, ia sadar bahwa bila dirinya sudah tidak ada, keadaan akan lebih baik bagi semua orang.

Di Seorabol, kabar ditangkapnya Deokman membuat kubu Mishil (Go Hyeon-jeong) begitu gembira. Saat tinggal sendiri, Mishil diingatkan oleh Pendeta Seori (Song Ok-sook) tentang ramalan bintang biduk. Dengan senyum sinis, Mishil menyebut tidak percaya akan segala bentuk ramalan.

Pergolakan politik istana makin panas setelah Sejong menggelar rapat kabinet darurat. Seperti yang bisa ditebak, rapat tersebut membahas soal putri kembar Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Tidak sekedar asal bicara, Sejong menghadirkan bukti hidup berupa Chilseok (Ahn Kil-kang). Setelah pengambilan suara yang dimenangi kubu Sejong, Chilseok akhirnya menuturkan semua yang dialaminya selama 20 tahun.

Setelah hari berganti, Bidam menggiring Deokman ke tempat dimana ia berjanji bakal bertemu Seolwon. Di perjalanan, Bidam baru sadar kalau sang tawanan selama diikat menggenggam belati Raja Jinheung. Sudah tentu ia heran, pasalnya dengan belati tersebut Deokman bisa meloloskan diri namun hal itu tidak dilakukan.

Rupanya Deokman punya rencana lain, ia berhasil meyakinkan Bidam untuk membiarkan dirinya memegang belati Raja Jinheung. Sesuai perjanjian, Bidam akhirnya menyerahkan Deokman ke tangan Seolwon dengan imbalan beberapa peti akar jahe liar. Namun sepanjang perjalanan pulang, pikiran Bidam melayang pada sikap aneh Deokman yang seolah pasrah.

Begitu menceritakan apa yang terjadi pada sang guru, Munno langsung marah besar dan membentak Bidam sambil menyebut kalau nyawa manusia terlalu berharga untuk ditukar dengan apapun termasuk nyawa manusia lain. Ketika sibuk membantah, Bidam tiba-tiba teringat sesuatu dan langsung berpamitan untuk mengejar rombongan yang menahan Deokman.

Usaha Deokman untuk bunuh diri dengan menggunakan pisau Raja Jinheung gagal, namun tiba-tiba muncul Bidam. Menyebut telah berubah pikiran dan bakal membebaskan Deokman, ucapan Bidam langsung ditertawakan oleh Bojong (Baek Do-bin) dan Seokpum (Hong Kyung-in).

Hanya meringis karena diremehkan, Bidam langsung menghunus pedangnya dengan satu gerakan cepat. Dikeroyok oleh belasan orang berkemampuan tinggi, tiba-tiba dari belakang muncul Yushin yang berhasil membebaskan diri. Kini, semuanya tergantung Yushin dan Bidam untuk menolong Deokman.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 21

Memacu kuda sekencang-kencangnya, Yushin (Uhm Tae-woong) berhasil lolos dari kejaran Alcheon (Lee Seung-hyo) dan Imjong (Kang Ji-hoo). Pulang dengan tangan hampa, Alcheon memberanikan diri bertanya pada Eulje (Shin Goo), namun sang penasehat raja hanya bungkam.

Sadar kalau apa yang dilihatnya sangat penting, Chilseok (Ahn Kil-kang) langsung melaporkan ke Mishil (Go Hyeon-jeong) kalau putri bungsu Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) ada di Seorabol. Ucapan itu keruan saja membuat Mishil kaget, namun Sejong (Dok Go-young) menyangka bahwa apa yang dilihat Chilseok hanyalah halusinasi.

Barulah ketika Chilseok menyebut putri tersebut bernama Deokman, semua langsung terkejut terutama Mishil, yang langsung meminta semua yang hadir : Sejong, Seolwon (Jun Noh-min), Misaeng (Jung Woong-in), dan Hajong (Kim Jung-hyun) untuk tidak bicara sepatah katapun karena dirinya perlu konsentrasi untuk memikirkan langkah selanjutnya.

Gagal mendapat penjelasan yang memuaskan, Eulje (Shin Goo) berusaha mencari tahu tentang apa yang terjadi dengan menginterogasi Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam). Begitu melihat Sohwa, yang meski masih belum bisa bicara namun ekspresinya sangat kentara begitu nama Deokman disebut, Eulje langsung bisa menebak apa yang terjadi.

Berhasil menghentikan kurir yang dikirim oleh Yushin, Eulje harus berhadapan dengan Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin), yang marah besar saat tahu sang penasehat berusaha mencelakai Deokman.

Dengan wajah serius, Eulje menyebut bahwa apa yang dilakukannya adalah demi mempertahankan kekuasaan Raja Jinpyeong. Siapa sangka, ucapannya soal identitas Deokman yang sebenarnya terdengar oleh sang raja, yang kebetulan datang ke kediaman Putri Cheonmyeong. Bisa dibayangkan, bagaimana marah dan kagetnya Raja Jinpyeong.

Begitu mendengar kalau Sohwa ditahan di bagian interogasi yang dikuasai Eulje, Mishil memerintahkan Seolwon untuk mengambil paksa sang dayang istana dengan cara apapun. Tidak cuma itu, ia juga meminta seluruh jajarannya untuk mengawasi tindak-tanduk pihak yang dekat dengan Deokman untuk mengetahui keberadaan sang nangdo.

Sadar kalau pihak yang mengincar Deokman adalah suruhan Eulje, yang bertindak tanpa persetujuan Raja Jinpyeong, Yushin mengutus anak buahnya Daepung (Park Young-seo) untuk meminta bantuan Kim Seohyeon (Ju Sung-mo).

Siapa sangka, tak lama kemudian Kim Seohyeon dikunjungi oleh Eulje yang meminta dua hal pada sang ipar raja : membawa pulang kepala Deokman. Sebagai imbalannya, Yushin bakal dinikahkan dengan Putri Cheonmyeong yang memang memerlukan pendamping.

Perseteruan antara kubu Seolwon dan Eulje tidak bisa dihindari ketika balai interogasi diserbu dan Sohwa bersama Jukbang-Godo diambil paksa. Dengan santai, Seolwon menyebut Sohwa sebagai wanita yang dicurigai sebagai mata-mata kerajaan Baekje sehingga Eulje tidak bisa berbuat apa-apa.

Dalam pelarian, Yushin dan Deokman (Lee Yo-won) yang tengah bersembunyi di sebuah gua bertemu dengan seorang pria eksentrik. Pria tersebut, yang bernama Bidam (Kim Nam-gil), ternyata mendapat tugas dari gurunya untuk mencari tanaman jahe liar untuk mengobati penduduk dari wabah yang tengah melanda.

Perkenalan Yushin dan Bidam dimulai ketika sang hwarang yang kelaparan meminta sepotong ayam bagi dirinya dan Deokman. Sebagai imbalannya, Bidam meminta ikat kepala Yushin yang berfungsi sebagai tanda pengenal klan Kembang Naga.

Setelah membawa Deokman ke tempat yang aman, Yushin menemui ayahnya Kim Seohyeon. Siapa sangka, sang ayah tengah bersiap untuk menuruti perintah Eulje untuk membunuh Deokman. Sadar kalau nyawa Deokman dalam bahaya, Yushin langsung pergi.

Dugaannya benar, gubuk Deokman telah dikepung oleh segerombolan pria berpakaian sipil. Siapa sangka saat keadaan semakin genting, muncul Bidam yang ternyata lebih dari sekedar pria biasa.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 20

Meski sudah dicegah, Deokman (Lee Yo-won) tetap nekat membeberkan siapa pemilik belati Raja Jinheung. Sebelum Deokman sempat bicara, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) dengan air mata berlinang mendahului dengan memberitahu Ratu Maya siapa sang nangdo sebenarnya.

Begitu mendengar kalau Deokman adalah saudara kembar Putri Cheonmyeong, mata Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) langsung membelalak. Dengan gugup, Deokman terus meminta maaf karena semula menganggap semuanya adalah lelucon Putri Cheonmyeong untuk menghukumnya. Namun demi melihat ekspresi sang putri dan ratu, Deokman sangat terpukul.

Deokman langsung menepis tangan Ratu Maya yang memegangnya, dan buru-buru pergi dari tempat itu. Dibelakangnya, Ratu Maya menangis meraung-raung sambil ditenangkan Putri Cheonmyeong. Sementara itu, Yushin (Uhm Tae-woong) berusaha menenangkan Deokman yang masih tidak bisa menerima kenyataan kalau dirinya adalah putri raja.

Setelah keadaan mulai tenang, Putri Cheonmyeong mendekati Deokman dan menceritakan tentang ramalan kuno kerajaan Shilla dan rencana Mishil menggunakan ramalan tersebut untuk menguasai tahta. Penuturan tersebut membuat Deokman semakin sedih, ia memutuskan untuk pergi sejauh mungkin namun Yushin mencegahnya.

Melihat Deokman histeris, Yushin buru-buru memeluk sambil menghiburnya. Setelah Deokman sedikit tenang, Yushin mengajaknya ke tebing dimana ia biasa menenangkan diri. Begitu Yushin pergi menjauh, Deokman melampiaskan beban dihatinya dengan menangis sekencang-kencangnya.

Di istana, Putri Cheonmyeong dan Ratu Maya menyembunyikan apa yang terjadi dari Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Pelan-pelan keduanya mulai bisa mereka-reka apa yang terjadi mulai dari munculnya Sohwa (Seo Young-hee) di istana hingga keterlibatan Chilseok (Ahn Kil-kang).

Satu-persatu tabir rahasia mulai terungkap, Seolwon (Jun Noh-min) mengutus Seokpum (Hong Kyung-in) untuk menyelidiki siapa yang berhasil menyusup masuk ke balai pertemuan istana. Begitu ketahuan kalau pelakunya adalah Jukbang (Lee Moon-shik), anggota klan Kembang Naga itu langsung diciduk dan diinterogasi sambil disiksa.

Tidak tahan disiksa, Jukbang akhirnya menyebut nama Deokman. Sebelum dirinya sempat bicara lebih banyak, muncul pasukan pimpinan penasehat Eulje (Shin Goo) dan Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) yang langsung mengambil-alih penyelidikan.

Di puncak tebing air terjun, Putri Cheonmyeong berusaha menghibur Deokman. Namun, sang nangdo memutuskan untuk kembali ke padang pasir karena kehadirannya hanya membuat masalah di Seorabol. Ucapan itu keruan saja membuat Putri Cheonmyeong terpukul, karena ia menganggap Deokman adalah salah satu pilar kekuatannya.

Sikap Deokman yang sembrono membuat Yushin marah, ia meminta Deokman untuk bertahan dan menghadapi jalan hidupnya yang baru dengan gagah-berani sesuai dengan semangat klan Kembang Naga. Dengan wajah serius Yushin menyebut bahwa selama Deokman tidak pergi, pria itu berjanji bakal membantu Deokman sekuat tenaga.

Fakta kalau Deokman berada dibelakang kasus penyusupan di balai pertemuan istana membuat Putri Cheonmyeong dipanggil ke hadapan Raja Jinpyeong dan penasehat Eulje. Meski wajahnya pucat, Putri Cheonmyeong mengaku tidak tahu apa-apa.

Saat berada dikediamannya, Putri Cheonmyeong dikejutkan oleh kemunculan mendadak Deokman. Rupanya, Deokman memutuskan untuk menuruti permintaan Putri Cheonmyeong untuk tinggal sementara di Gunung Joongak sambil menunggu keadaan tenang.

Setelah memanggil Yushin, Eulje memerintahkan Alcheon (Lee Seun-hyo) dan Imjong (Kang Ji-hoo) untuk meringkus Deokman. Baru saja keduanya bergerak, tiba-tiba mereka melihat Yushin menarik Deokman ke atas kuda. Saat dicegat, Yushin malah memacu kudanya sekencang mungkin.

Bisa ditebak, akhirnya terjadi kejar-kejaran antara Yushin-Deokman dan Alcheon-Imjong. Di saat yang sama, penglihatan Chilseok, yang membuka perban matanya, sudah pulih. Secara tidak sengaja, ia melihat Yushin dan Deokman, dan sangat terkejut begitu melihat wajah Deokman yang tidak asing lagi baginya.(indosiar.com/mdL)

The Great Queen Seon Deok Episode 19

Ingatan Deokman (Lee Yo-won) melayang ke masa lalu saat dirinya tengah mandi dan saat keluar, secara tidak sengaja mendapati Yushin (Uhm Tae-woong) berada didepan pintu. Oleh Jukbang (Lee Moon-shik), Deokman diberitahu kalau selama ini Yushin ternyata berusaha melindunginya.

Di tempat lain, mata Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) langsung terbelalak saat tahu kalau Deokman ternyata adalah seorang perempuan. Dengan wajah tegang, Putri Cheonmyeong meminta Yushin untuk membantunya merahasiakan identitas Deokman karena kalau sampai terbongkar, jiwa sang nangdo berada dalam bahaya.

Saat berpapasan dengan Deokman, Yushin berusaha menghindar namun sang anak buah langsung menariknya untuk bicara empat mata. Sikap tidak perduli Yushin membuat Deokman marah, namun ucapan pimpinan klan Kembang Naga itu membuatnya terdiam.

Dimintai untuk mengkonfirmasi identitas seseorang, dengan jumawa Misaeng menyebut bahwa ingatannya yang sangat tajam-lah yang membuatnya bisa mempunyai 100 anak lebih dari perempuan yang berbeda. Begitu diajak ke tempat Chilseok (Ahn Kil-kang), mata Misaeng terbelalak ngeri saat melihat siapa wanita yang ada disana : Sohwa (Seo Young-hee).

Sejak tahu kalau Deokman adalah perempuan, sikap Jukbang terhadap sang yunior langsung berubah. Perhatiannya yang berlebihan keruan saja membuat Deokman kesal. Baru saja selesai latihan, tiba-tiba Deokman dipanggil Putri Cheonmyeong, yang memintanya pergi ke sebuah wilayah bernama Joongak dan tinggal disana sambil menunggu perintah selanjutnya.

Di kediamannya, Mishil yang mampu memahami dalamnya perasaan Chilseok terhadap Sohwa memerintahkan supaya keduanya dipisahkan. Caranya sangat jitu, ia meminta Bojong (Baek Do-bin) putranya untuk menyergap rombongan Chilseok dan Sohwa.

Strategi tersebut nyaris saja berhasil, Bojong berhasil memancing Chilseok yang penglihatannya terganggu sementara anak buahnya langsung melarikan Sohwa yang berada didalam tandu. Siapa sangka, rombongan tersebut disergap oleh pasukan bertopeng suruhan penasehat Eulje (Shin Goo).

Begitu selesai latihan, Deokman langsung didatangi Yushin. Dengan cepat, Deokman mampu menebak kalau Yushin juga merahasiakan sesuatu darinya. Ucapan Yushin yang seolah meremehkan masa lalu Deokman membuat gadis itu marah. Sambil menepuk dadanya dengan keras, Deokman menyebut bahwa ia tidak akan pernah lupa dengan pengorbanan ibunya.

Berjalan keluar dengan marah, Deokman menatap kosong kedepan. Tak jauh dari sana, Sohwa yang disamarkan dengan pakaian hwarang melihat sosok sang putri dan langsung mengenalinya, ia berusaha menarik perhatian Deokman namun sayangnya Sohwa tidak bisa bersuara.

Begitu tahu kalau Sohwa diculik dan tidak bisa ditemukan, Chilseok ngotot untuk mencari keberadaan sang mantan dayang istana. Namun dengan cepat, Mishil menghunus pedang sambil menyebut bahwa untuk bisa pergi, Chilseok harus lebih dulu membunuhnya. Ucapan Mishil yang begitu tegas namun penuh pengertian membuat Chilseok meneteskan air mata, dan akhirnya memutuskan untuk menurut.

Setelah diungsikan ketempat yang aman, Sohwa mendapat kunjungan bergilir dari Raja Jinpyeong dan Ratu Maya (Yoon Yoo-sun). Bertangis-tangisan saking terharunya, Ratu Maya sangat terkejut saat Sohwa mengisyaratkan kalau putri bungsunya ternyata sudah ada di Seorabol.

Memutuskan untuk menuruti permintaan Putri Cheongmyeong, Deokman mendatangi kediaman sang putri. Sayangnya saat hendak memberi penjelasan, ucapannya dipotong oleh Putri Cheonmyeong dengan marah. Obrolan keduanya terhenti oleh kemunculan Ratu Maya.

Rupanya begitu tahu kalau putri bungsunya ada di Seorabol, Ratu Maya langsung berusaha mengkonfirmasi berita itu ke Putri Cheonmyeong. Dengan wajah sedih, sang putri mengangguk sambil meminta ibunya bersabar. Sudah tentu, permintaan itu tidak dituruti.

Sebelum pergi, Deokman menitipkan belati kecil Raja Jinheung pada seorang dayang untuk diberikan pada Ratu Maya. Begitu melihat benda yang sudah sangat dikenalnya, Ratu Maya sangat terkejut. Ia akhirnya bisa bertemu dengan Deokman, yang berjanji bakal membeberkan siapa pemilik asli belati itu saat keduanya kembali bertemu di balai pertemuan pada malam hari.

Malamnya, istana dibuat gempar ketika rombongan Ratu Maya dengan tandunya keluar dari kediaman. Mishil yang curiga langsung meminta Bojong untuk menyelidiki. Di saat yang sama, Deokman juga menghilang dari barak klan Kembang Naga.

Rupanya, rombongan dan tandu digunakan Ratu Maya untuk mengecoh orang-orang yang mengikutinya. Dengan samaran, ia berhasil sampai ke balai pertemuan untuk bertemu Deokman. Belum sempat buka mulut, Deokman terbelalak melihat siapa yang muncul belakangan.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 18

Niat Deokman (Lee Yo-won) untuk mengetahui asal-usulnya dengan menyelundupkan dokumen kerajaan membuatnya jadi incaran, penasehat Eulje (Shin Goo) mengumpulkan para hwarang terbaik untuk sebuah misi : meringkus Deokman.

Padahal, disaat yang sama Deokman telah berada ditengah para hwarang yang mengenakan masker tersebut. Saat tengah merenung karena baik Mishil maupun Eulje, yang diduga sebagai suruhan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki), menginginkan kematiannya, Deokman ditegur salah seorang hwarang karena gerak-geriknya yang mencurigakan.

Deokman langsung lari dan bersembunyi di sebuah semak, namun tempat persemunyiannya diketahui oleh salah seorang hwarang bertopeng. Sempat terlibat pertempuran, identitas Deokman terbongkar ketika topengnya disibak. Siapa sangka, hwarang bertopeng yang meringkusnya adalah Alcheon (Lee Seung-hyo).

Keributan diantara keduanya memancing kehadiran hwarang lain, Deokman langsung meminta Alcheon melepaskannya sambil mengingatkan sang hwarang kalau dirinya berhutang budi. Dengan wajah kesal, Alcheon terpaksa melepas Deokman dengan berbohong pada hwarang lain.

Di istana, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) akhirnya mengetahui dari Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) kalau dirinya memiliki saudara kembar. Mendengar begitu pilunya kisah sang ibu, Putri Cheonmyeong langsung memeluk Ratu Maya dan keduanya menangis tersedu-sedu. Namun, keraguan sang putri kembali merebak saat mendengar saudara kembarnya bukanlah laki-laki melainkan perempuan.

Saat tengah termenung, tiba-tiba Mishil (Go Hyeon-jeong) datang berkunjung untuk menyerahkan lukisan Raja Jinheung. Kembali terkejut saat melihat gambar belati yang sebelumnya pernah dilihat sebagai milik Deokman, Putri Cheonmyeong kembali curiga. Keesokan harinya saat mengunjungi Yushin (Uhm Tae-woong), sang putri secara kebetulan bertemu Deokman. Saat ditanya apakah dirinya menyembunyikan sesuatu, Deokman menggeleng.

Hilangnya sebuah barang di balai pertemuan istana membuat kehebohan tersendiri, bahkan kubu Mishil mulai sadar kalau ada sesuatu yang terjadi. Begitu Yushin selesai latihan, ia didatangi Alcheon yang memberitahu soal Deokman yang diduga telah membuat masalah besar.

Kecurigaan terhadap para hwarang membuat pihak penasehat Eulje, yang dipimpin oleh Hojae (Go Yoon-hoo), langsung menggeledah tenda. Tidak cuma itu, para hwarang juga diminta untuk menanggalkan pakaiannya supaya bisa diperiksa. Bisa dibayangkan, bagaimana pucatnya Deokman mendengar perintah tersebut.

Di hadapan Eulje, Deokman dengan ragu-ragu menanggalkan pakaiannya. Namun disaat genting, tiba-tiba muncul utusan yang menyebut kalau Raja Jinpyeong telah mendengar semuanya sehingga pemeriksaan ditunda. Di ruang pertemuan, wajah Raja Jinpyeong langsung pucat begitu langkahnya dicegat sosok yang sudah tidak asing lagi memanggil namanya : Sohwa (Seo Young-hee).

Munculnya Seori (Song Ok-sook) membuat Raja Jinpyeong tidak bisa berbuat apa-apa selain pura-pura tidak mengenal Sohwa. Namun mata Eulje, yang memutuskan untuk menyusul raja, tidak bisa dibohongi. Dalam waktu singkat, berita soal Sohwa langsung terdengar oleh Ratu Maya dan Putri Cheonmyeong.

Curiga terhadap Sohwa yang meski seperti orang kehilangan ingatan namun begitu fasih dengan jalan-jalan di kuil kerajaan, Seori melaporkan semuanya pada Mishil. Curiga kalau Sohwa ada hubungannya dengan istana di masa lalu, Mishil meminta Misaeng (Jung Woong-in), yang dikenal memiliki ingatan tajam dan hapal dengan wajah para dayang, untuk mengecek.

Saat kembali ke barak, para hwarang klan Kembang Naga dikejutkan oleh penemuan benda yang seharusnya tidak ada disana : pembalut wanita. Dari semuanya, hanya Jukbang (Lee Moon-shik) yang sadar kalau dirinya selama ini dikelabuhi : Deokman ternyata adalah seorang wanita.

Begitu dikonfrontir, Deokman sempat berusaha mengelak namun akhirnya memohon-mohon supaya Jukbang tidak menceritakan semuanya pada Yushin. Dengan wajah serius, Jukbang menyebut kalau Yushin sudah tahu semuanya.

Di tempat lain, Putri Cheonmyeong menceritakan tentang pertemuannya dengan Deokman pada Yushin dan mengenai saudara kembarnya. Wajah Yushin langsung pucat, ia memberitahu kalau Deokman sesungguhnya adalah wanita. Wajah Putri Cheonmyeong langsung berubah saat mendengar penuturan Yushin.(indosiar.com/mdL)

The Great Queen Seon Deok Episode 17

Di tempat lain, tangan Deokman (Lee Yo-won) juga dipegang oleh Mishil (Go Hyeon-jeong). Berbeda dengan Sohwa (Seo Young-hee) yang lembut, Mishil menebar ancaman bahwa bila Putri Cheonmyeong tetap nekat, maka ia akan kehilangan semua yang disayanginya.

Ancaman tidak hanya sampai disitu, Mishil juga meminta Deokman menyampaikan pesannya pada Yushin (Uhm Tae-woong) supaya tidak terus menentangnya bila tidak ingin nasib bangsa Gaya berakhir tragis. Keputusan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) akhirnya dijatuhkan, rakyat Gaya diminta pindah ke daerah Samyang yang terkenal tandus.

Mishil bergerak cepat, ia berusaha menarik Kim Seohyeon (Ju Sung-mo) untuk berpihak padanya dengan mengatur pernikahan antara kedua kubu. Tidak tanggung-tanggung, Mishil sendiri yang mendatangi Kim Seohyeon untuk meminta supaya Yushin dinikahkan dengan salah satu cucunya. Sudah tentu Yushin menolak, ia tetap ngotot ingin memerangi Mishil dengan caranya sendiri.

Memacu kudanya ke tempat Putri Cheonmyeong, yang baru saja mendengar cerita Deokman, Yushin meminta sang putri tidak menyerah begitu saja terhadap intimidasi Mishil. Menyaksikan dengan pilu saat rakyat Gaya diusir dari tempat tinggalnya untuk dipindahkan, Putri Cheonmyeong memutuskan untuk balik melawan Mishil dengan bantuan Yushin dan Deokman.

Saat hendak menyampaikan pesan pada Mishil kalau kubu Putri Cheonmyeong siap bertarung sampai akhir, Deokman baru sadar kalau lukisan Mishil memuat gambar pisau belati miliknya. Wajahnya semakin kaget saat mendengar cerita Mishil tentang karyanya yang ternyata merupakan sosok mendiang Raja Jinheung.

Kisah tentang Raja Jinheung dan belati legendarisnya diceritakan pada Putri Cheonmyeong, yang akhirnya menanyakan kebenarannya pada Ratu Maya (Yoon Yoo-sun). Oleh sang ibu, Putri Cheonmyeong dikisahkan tentang bagaimana belati Raja Jinheung menyelamatkannya belasan tahun silam saat Ratu Maya nyaris tewas oleh siasat Mishil.

Namun, Ratu Maya langsung gugup saat ditanya keberadaan belati tersebut dan akhirnya memutuskan berbohong dengan menyebut kalau belati Raja Jinheung telah hilang. Untuk memastikan, Putri Cheonmyeong menanyakan hal yang sama ke Raja Jinpyeong, yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, yang menjawab kalau belati telah diberikan pada Munno (Jung Ho-bin).

Cerita dari Putri Cheonmyeong tentang belati Raja Jinheung membuat Deokman semakin bingung, ia memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri demi memperjelas semuanya. Penyelidikan ternyata tidak cuma dilakukan oleh Putri Cheonmyeong, melainkan juga oleh penasehat raja Eulje (Shin Goo).

Saat tengah membuka-buka arsip istana, Putri Cheonmyeong terkejut saat membaca ramalan yang menyebut bahwa bila seorang Raja Shilla mempunyai anak kembar, maka ia tidak akan pernah punya keturunan laki-laki. Putri Cheonmyeong teringat dengan tanda lahir Deokman, dan matanya langsung membelalak.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok Episode 16

Sempat menanyakan apakah Deokman (Lee Yo-won) tidak apa-apa, Chilseok (Ahn Kil-kang) langsung pergi terburu-buru begitu mendengar suara-suara orang mencarinya. Rupanya, kehebohan disebabkan oleh menghilangnya Sohwa (Seo Young-hee), yang belakangan bisa ditemukan kembali.

Belum tahu kalau ibunya masih hidup, Deokman cuma bisa termenung sambil meneteskan air mata, ia sadar kalau Mishil-lah yang mengirim Chilseok untuk memburunya saat di padang gurun. Semakin penasaran tentang jati dirinya, Deokman mendatangi Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) untuk menceritakan apa yang terjadi. Secara tidak sengaja, sang putri melihat belati kecil Deokman.

Pagi harinya, Pendeta Seori (Song Ok-sook) meminta Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) untuk upacara ritual untuk menghindari bencana dari Langit. Seperti yang sudah diduga, Mishil-lah yang diminta sebagai penanggung jawab. Setelah sekian tahun hidup damai, keruan saja berita tentang bakal diadakannya upacara ritual menjadi bahan pembicaraan yang meresahkan rakyat.

Pasalnya, upacara kerap diiringi sejumlah kejadian yang tidak bisa dijelaskan. Kubu Raja Jinyeong sendiri sadar upacara ritual kerap digunakan oleh pihak Mishil untuk mengajukan permintaan yang tidak masuk akal. Repotnya lagi, apa yang diramalkan Mishil tidak pernah meleset.

Setelah mendapat petunjuk dari Pendeta Wolcheon, Misaeng (Jung Woong-in) telah menyiapkan rancangan strategi untuk membuat rakyat tunduk dengan menggunakan patung Buddha dan kacang kedelai mentah. Dibalik gayanya yang santai dan ketidakmampuan di bidang bela diri, Misaeng rupanya memiliki otak brilian dan mampu memikirkan hal yang belum bisa dipikirkan oleh dimasanya.

Begitu mendapat kesempatan bersama Mishil, Deokman tanpa henti bertanya pada sang pemegang segel kerajaan tentang banyak hal, yang dijawab Mishil dengan sabar. Yang menarik, Mishil punya konsep menarik tentang penguasa : sampai kapanpun, seorang raja tidak akan mampu memenuhi keinginan rakyatnya yang begitu beragam.

Di tengah rapat para hwarang, Putri Cheonmyeong mengajukan diri untuk mendampingi Mishil dalam mempersiapkan upacara ritual dan menunjuk Yushin (Uhm Tae-woong) sebagai pembantu utamanya. Setelah rapat selesai, Yushin dipanggil untuk menghadap Mishil.

Dengan gayanya yang khas, Mishil mengingatkan akan nasib bangsa Gaya sambil mengingatkan Yushin untuk tidak menjadikan dirinya sebagai musuh. Siapa sangka, Yushin dengan tegas menyebut hanya akan tunduk bila nyawanya telah tiada dan malah balik mengancam supaya Mishil juga tidak menjadikannya sebagai musuh.

Kebersamaan dengan Mishil membuat Deokman mulai mendapat banyak hal dari wanita yang disebut-sebut sebagai harta sekaligus racun kerajaan Shilla tersebut, namun ia langsung terbelalak saat Mishil menyebut tidak percaya dengan apa yang dinamakan 'kehendak dari Langit.'

Strategi Mishil memang luar biasa, ia mampu membuat para anggota keluarga kerajaan, terutama Putri Cheonmyeong, dan rakyat bertekuk-lutut dengan meramalkan munculnya patung Buddha dari dalam tanah di wilayah Nahjong.

Mengaku mendapat perintah dari Langit, Mishil meminta Raja Jinpyeong untuk mengusir bangsa Gaya dari pinggiran kota Seorabol. Tidak main-main, bila kehendak dari Langit itu tidak dituruti, maka dalam waktu tiga hari bakal terjadi gerhana bulan.

Deokman dan Yushin tidak percaya begitu saja, namun keduanya terkejut saat di tempat terpisah, mereka sama-sama melihat bulan menghilang untuk sesaat, yang sekaligus menjadi bukti kalau ramalan Mishil telah menjadi kenyataan. Dengan lemas, Deokman melangkah ke kediaman Mishil untuk meneruskan tugasnya menerjemahkan buku berbahasa Latin.

Siapa sangka, Mishil malah menyampaikan hal mengejutkan : ia sudah tahu kalau Deokman adalah mata-mata Putri Cheonmyeong. Tidak ragu menyebut kalau bunga Sadaham adalah buku penanggalan tentang kejadian alam yang bakal terjadi, Mishil menantang Deokman dan kubu Putri Cheonmyeong untuk melawannya.

Di tempat terpisah, Putri Cheonmyeong berlutut di kuil sambil menangis, ia mengira kalau Mishil benar-benar utusan dari Langit sehingga tidak bisa dikalahkan. Ditengah kesedihannya, tiba-tiba tangan Putri Cheonmyeong dibelai dengan lembut oleh seorang wanita.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 15

Ditemani Misaeng (Jung Woong-in), Mishil (Go Hyeon-jeong) dan pengiringnya berjalan terburu-buru ke suatu tempat. Diam-diam, Deokman (Lee Yo-won) mengikuti dari belakang. Malang bagi sang nangdo, aksinya ketahuan oleh putra Misaeng sekaligus pengawal Mishil yaitu Daenambo (Ryu Sang-wook).

Ditarik paksa untuk masuk, Deokman sudah dibuat menggigil oleh tebakan Mishil yang sudah bisa menebak kalau sang nangdo tengah melacak keberadaan bunga Sadaham. Namun dugaan Mishil sedikit meleset : Deokman bukan ketakutan akibat mengira buku yang dipegang Mishil adalah bunga Sadaham, melainkan karena sadar kalau buku tersebut adalah miliknya.

Mulai sadar kalau Chilseok (Ahn Kil-kang) dikirim oleh Mishil, Deokman hanya terdiam saat wanita itu menyindir kesetiaannya pada Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin). Dengan suara penuh keyakinan, Mishil menyebut pada dasarnya manusia adalah jahat. Keberhasilan Deokman dalam menjawab membuat Mishil terkesan, ia sempat meminta sang nangdo untuk bekerja untuknya.

Begitu Deokman menolak, Mishil dengan santai menyuruhnya keluar. Ucapan itu membuat Misaeng terperangah, namun Mishil menyebut potensi Deokman yang begitu besar membuatnya tidak tega membunuh 'pemuda' itu terlalu cepat. Rupanya, diam-diam Mishil punya strategi untuk menarik Deokman.

Paginya saat bangun, Deokman dikejutkan oleh kemunculan Seokpum (Hong Kyung-in) di markas klan Kembang Naga yang menyerahkan surat dari Mishil. Keruan saja semuanya terkejut, Deokman yang tidak sadar kalau dirinya dijebak masuk ke dalam kamar untuk membaca pesan yang disebut-sebut Seokpum sebagai jawaban Mishil dari pertanyaan sang nangdo di malam sebelumnya.

Tak lama kemudian, Yushin (Uhm Tae-woong) muncul dan meminta Deokman menunjukkan surat dari Mishil. Dengan wajah bingung, Deokman menyerahkan surat sambil menyebut ada sejumlah kejanggalan. Sikap polos nangdo itu malah disalahartikan oleh Yushin, ia mengira Deokman sengaja mengaburkan sejumlah huruf di surat.

Dalam waktu singkat, kecurigaan kalau Deokman telah berpindah ke pihak Mishil menyebar dengan cepat. Tidak cuma di kalangan hwarang, gosip meresahkan tersebut juga tengah jadi pembicaraan di kalangan bangsawan istana. Dengan susah-payah, Putri Cheonmyeong berusaha membela Deokman.

Dengan usaha keras, Bojong dan Seokpum berhasil menemukan Chilseok, yang sudah berniat meninggalkan Seorabol untuk hidup tenang bersama Sohwa (Seo Young-hee). Sempat terjadi pertempuran sengit, Chilseok yang begitu hebat ternyata punya kelemahan : pandangan matanya sudah kabur.

Disinilah keistimewaan Mishil yang membuatnya disegani para anak buah terlihat : ia benar-benar meneteskan air mata melihat penderitaan Chilseok. Tanpa ragu-ragu, Mishil membawa Chilseok kembali ke Seorabol dan setelah mendengar cerita sang mantan pengawal, bertekad untuk bisa kembali membuat Chilseok melihat secara normal seperti sebelumnya.

Kebingungan oleh sikap rekan-rekannya yang terlihat agak menjauh, Deokman melakukan kesalahan ketika tengah mengamati Tuan Jang dan para pedagang : ia langsung mematuhi perintah Tuan Jang yang berbicara dalam bahasa Latin. Keruan saja, rahasianya yang selama ini bisa berbicara tidak hanya dalam bahasa Gyerim terbongkar.

Keadaan Deokman makin tersudut ketika dirinya diminta menemui Misaeng dikediaman sang pejabat istana, nangdo itu kebingungan ketika dirinya hanya diminta duduk diam tanpa bicara apa-apa. Yushin yang tidak tahan lagi langsung menuduhnya telah tergiur oleh uang Misaeng, dan adu mulut sengit terjadi antara keduanya.

Tidak ada pilihan lain bagi Deokman kecuali datang ke tempat Mishil, dengan cepat ia menyatakan siap melayani wanita penuh tipu-daya itu. Permintaan awal Mishil hanya satu : Deokman diminta untuk datang pada malam hari untuk menerjemahkan buku berbahasa Latin yang diberikan oleh Chilseok.

Baru saja keluar, tiba-tiba Deokman ditarik oleh dua orang misterius yang ternyata adalah bawahan Putri Cheonmyeong. Dihadapkan dengan sang putri yang didampingi Yushin, akhirnya baru ketahuan bahwa Deokman ternyata sudah bisa membaca strategi Mishil dan hanya pura-pura menyeberang ke kubu musuh bebuyutan Putri Cheonmyeong itu.

Setelah diberitahu tentang apa yang harus dilakukan, Deokman berjalan ke kediaman Mishil untuk menjalankan tugasnya. Siapa sangka ditengah jalan, ia bertabrakan dengan seseorang berperawakan tinggi besar. Mata Deokman langsung terbelalak ngeri saat sadar siapa orang itu : Chilseok.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 14

Di istana, utusan dari China disambut oleh Raja Jinpyeong (Jo Min-ki). Suasana sempat memanas ketika permintaan barter kerajaan Shilla ditolak mentah-mentah, pasalnya barang yang diincar adalah buku kalender yang ketika itu merupakan harta yang tak ternilai.

Saat tengah mengamati para pedagang yang memasuki Seorabol, Deokman (Lee Yo-won) diingatkan oleh Yushin (Uhm Tae-woong) supaya menjalankan misi rahasianya dengan sangat hati-hati supaya nama Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) tidak ikut terseret.

Ucapan itu membuat Deokman meradang, ia langsung membalas ucapan Yushin dengan menyebut sang atasan seolah terus mencari kesalahannya. Keduanya sempat terlibat adu mulut seru yang membuat Putri Cheonmyeong tersenyum lebar.

Kembali ke Seorabol setelah belasan tahun, Chilseok (Ahn Kil-kang) ternyata membawa seseorang : Sohwa (Seo Young-hee). Rupanya saat terjadi badai pasir, Chilseok berhasil menyelamatkan Sohwa, dan sejak itu tidak terpisahkan dari mantan dayang istana tersebut.

Ketika tengah mengendap-ngendap ke dalam kediaman para pedagang, Deokman tertangkap basah oleh Bojong (Baek Do-bin). Untungnya gadis itu cerdas, ia beralasan hendak menanyakan menu masakan yang bakal disajikan kepada para pedagang.

Begitu melihat para pedagang hendak mendiskusikan masalah penting, Deokman berinisiatif memecahkan pot bunga supaya ada alasan untuk menguping pembicaraan. Dengan kemampuannya menguasai berbagai bahasa, sudah tentu tidak sulit bagi Deokman untuk mengerti arah pembicaraan para pedagang yang dipimpin Tuan Jang.

Setelah semuanya pergi, pedagang lain bernama Hasha mengeluarkan barang yang selama ini menjadi incaran Mishil : bunga Sadaham. Di kediamannya, Mishil (Go Hyeon-jeong) sudah mewanti-wanti Misaeng (Jung Woong-in) bahwa berapapun harganya, ia harus memiliki bunga Sadaham yang selama ini sudah ditunggu-tunggu kehadirannya.

Untuk mengetahui seperti apa bunga Sadaham, Deokman berhasil membujuk Jukbang (Lee Moon-shik) untuk menggunakan keahliannya mencuri. Tanpa kesulitan, Jukbang berhasil merebut kunci kamar Tuan Jang saat sang pedagang pergi ke kamar kecil.

Rencana pertemuan rahasia antara Tuan Jang, yang membawa bunga Sadaham, dan Mishil diam-diam menarik perhatian dua kubu sekutunya : Sejong (Dok Go-young) dan Seolwon (Jun Noh-min). Diam-diam, keduanya mengutus putra masing-masing untuk membuntuti Tuan Jang. Dasar apes, keduanya malah tertangkap basah oleh Mishil sendiri.

Ketika Mishil tengah melakukan negosiasi pembelian bunga Sadaham, yang ternyata adalah sebuah buku, Deokman diam-diam menyelinap masuk ke kamar Tuan Jang. Saat membuka sebuah kotak, Deokman sangat kaget melihat barang-barang miliknya saat tinggal di gurun termasuk plakat bertuliskan nama Sohwa ada disitu.

Dengan tubuh menggigil, ingatan Deokman langsung melayang ke masa silam. Keluar dari ruangan secara terburu-buru, sehingga Jukbang dan Godo (Ryu Dam) bingung, Deokman langsung mengurung diri dikamarnya.

Setelah menuntaskan traksaksi bunga Sadaham, Mishil melakukan tugas berikutnya : menegur langsung Sejong dan Seolwon. Dengan suara tinggi, Mishil menyebut bahwa yang dilakukan dua pria itu sama saja berusaha untuk menjadi Mishil kedua. Dan bila itu terjadi, mereka hanya perlu membunuh Mishil yang asli.

Ucapan itu sukses membuat kedua kubu langsung buru-buru meminta maaf. Sikap dingin Mishil tersebut ternyata diikuti oleh sikap mesranya pada Sejong, sang suami, dan Seolwon, sang kekasih gelap, di malam harinya.

Paginya, Mishil terkejut saat diberikan kotak berisi bungkus bayi kembar Raja Jinpyeong dan plakat bertuliskan nama Sohwa. Mulutnya langsung ternganga begitu mendengar bahwa kotak itu diberikan oleh seseorang bernama Chilseok, ia langsung memerintahkan supaya Chilseok bisa dibawa kehadapannya.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 13

Ketika Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) muncul, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) langsung memberitahu apa yang telah terjadi sambil menyebut bahwa sulit untuk mengungkap dalang kejadian yang sebelumnya menimpa Kim Seohyeon (Ju Sung-mo).

Begitu sadar dari pingsannya, Deokman (Lee Yo-won) ternyata telah ditunggui Yushin (Uhm Tae-woong). Tak berapa lama, Putri Cheonmyeong muncul. Deokman sempat bersikap seperti biasa, namun tatapan tajam Yushin membuatnya mau tidak mau harus mengedepankan sopan-santun karena yang dihadapannya kini bukanlah biksuni melainkan putri raja.

Bakal diserahi tugas berat untuk kembali merebut simpati para bangsawan, Putri Cheonmyeong menceritakan alasannya menyamar didepan Deokman. Sambil tersenyum, sang putri menyebut bakal memimpikan hal yang mustahil demi mewujudkan impian mendiang Raja Jinheung sekaligus mensejahterakan rakyat Shilla.

Di kediamannya, Mishil (Go Hyeon-jeong) menegur sikap gegabah Bojong (Baek Do-bin) yang berniat menghabisi Kim Seohyeon (Jung Sung-mo). Dengan dingin, Mishil menyebut bahwa seseorang hanya dibunuh bila sudah tidak berguna lagi. Ucapan itu ditanggapi Seolwon (Jun Noh-min), yang mengingatkan sang putra kalau mereka harus selalu menuruti perkataan dan perintah Mishil.

Obrolan mereka terhenti oleh kemunculan Hajong (Kim Jung-hyun), yang memberitahu kalau Mishil kedatangan tamu : Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) dan istrinya Putri Manmyeong (Im Ye-jin). Dengan gaya yang khas, Mishil menyindir Kim Seohyeon secara halus dengan menyebut ayah Yushin itu mempunyai ambisi yang sama dengan dirinya yaitu menguasai kerajaan Shilla.

Bahkan, pernikahan Kim Seohyeon dengan Putri Manmyeong disebut sebagai cara untuk mewujudkan ambisi tersebut. Ucapan itu keruan saja membuat Putri Manmyeong marah, ia meminta Mishil yang 'hanya' mantan selir dua raja sebelumnya untuk lebih hormat pada keluarga raja. Di luar, sang putri menyebut tetap pada prinsipnya mengikuti Kim Seohyeon.

Saat tengah berbincang dengan Deokman dan Yushin, Putri Cheonmyeong kedatangan tamu : Eulje (Shin Goo), yang memberitahu kalau sang putri telah mendapat titah dari Raja Jinpyeong untuk mencari sumber kekuatan Mishil. Sebagai petunjuk, Eulje memberikan titah Raja Jinheung dan berkas-berkas yang pernah ditulis oleh Munno (Jung Ho-bin).

Terkejut mendengar cerita Eulje tentang Mishil yang dimasa mudanya mampu mendatangkan hujan di tengah kemarau panjang, Putri Cheonmyeong mulai berunding dengan dua orang kepercayaannya yaitu Yushin dan Deokman. Saat tengah membaca berkas, secara tidak sengaja Deokman melihat kata bunga Sadaham.

Rupanya, Sadaham (Park Jae-jung) adalah pria pertama yang pernah dicintai Mishil namun kisah keduanya berakhir tragis. Konon, bunga Sadaham adalah peninggalan terakhir sang jendral untuk Mishil, yang ketika itu telah menikah dengan Sejong, sebelum menghembuskan napas terakhir.

Sementara itu, Mishil mendapat kabar gembira kalau kerajaan Shilla bakal kedatangan para pedagang dari jauh yang bakal membawa bunga Sadaham. Persiapan dilakukan dengan serius, Pendeta Agung Seori (Song Ok-sook) meminta para pelayan istana untuk meracik makanan dengan menggunakan bumbu khusus yaitu kari.

Ditengah kesibukan mengatur penyambutan untuk para pedagang, Putri Cheonmyeong mengutus Yushin dan Deokman untuk menyelidiki tempat yang pernah disebut pada berkas Munno. Siapa sangka saat mencari air di biara Dancheon, mereka bertemu dengan Seori dan Misaeng (Jung Woong-in). Terkejut ketika Seori menyebut kata 'bunga Sadaham' pada salah seorang biksu, keduanya memutuskan untuk memberitahu Putri Cheonmyeong.

Malamnya sambil memandang sebuah pohon, Mishil kembali teringat akan masa lalunya. Kepada Seori yang belakangan muncul, Mishil menyebut bahwa hanya Sadaham satu-satunya pria yang mampu mencintai tanpa berniat memanfaatkan dirinya sedikitpun. Rupanya, pohon yang ditatapnya adalah pohon dimana Mishil kerap bertemu Sadaham.

Berniat untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham, Putri Cheonmyeong berhasil membujuk Raja Jinpyeong untuk menurunkan pasukan ke biara Dancheon. Dipimpin oleh Kim Seohyeon dan Kim Yongchun (Do Yi-sung), pasukan berusaha menggeledah biara dengan alasan ada mata-mata dari kerajaan Baekje yang bersembunyi disana.

Bisa dibayangkan, bagaimana kagetnya Kim Seohyeon dan Yongchun saat tahu Mishil ternyata berada di dalam biara. Meski sudah mencari kemana-mana, mereka tidak menemukan benda yang mencurigakan. Belakangan dari Misaeng baru ketahuan, apa yang berhubungan dengan bunga Sadaham bukanlah benda melainkan seorang biksu.

Kegagalan membuat kubu Putri Cheonmyeong tidak punya pilihan lain kecuali mencari tahu apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham dari kumpulan pedagang yang bakal mengunjungi Seorabol. Masalahnya cuma satu : kepala penjaga adalah Bojong.

Di istana, masalah besar terjadi : kari yang bakal digunakan untuk makanan para pedagang musnah karena kecerobohan seorang dayang. Dasar nasib, Deokman mendapat tugas untuk mencari bahan yang digunakan untuk membuat kari.

Pengetahuannya yang luas ditambah bantuan Jukbang (Lee Moon-shik) membuat Deokman ditugaskan mengepalai persiapan makanan untuk para pedagang. Sempat kaget, Deokman sadar bahwa itulah kesempatannya menyusup demi mengetahui apa yang dimaksud dengan bunga Sadaham.

Hari kedatangan para pedagang akhirnya tiba, mereka disambut oleh Misaeng (yang fasih berbahasa asing) dan Sejong. Saat rombongan pedagang satu-persatu memasuki Seorabol, Deokman terkejut melihat satu sosok yang sudah sangat dikenalnya.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 12

Di perbatasan, pasukan Shilla menanti kembalinya mereka yang bertempur dengan Baekje dengan perasaan waswas. Saat membalikkan badan untuk kembali, tiba-tiba muncul Alcheon (Lee Seung-hyo) yang dipapah oleh Seokpum (Hong Kyung-in) beserta pasukan mereka.

Tak berapa lama, kejutan berlanjut : Yushin (Uhm Tae-woong) berhasil kembali dengan selamat beserta para nangdo (calon hwarang) klan Kembang Naga. Ternyata bukan cuma Yushin, Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) juga selamat setelah ditolong orang misterius.

Di Seorabol ibukota Shilla, semua pihak yang ikut terjun di pertempuran melawan Baekje mendapat hadiah mulai dari Seolwon yang terpilih sebagai menteri pertahanan, Kim Seohyeon sebagai wakilnya, dan Yushin yang mendapat sebidang tanah.

Kegembiraan tidak cuma dirasakan sampai disitu, jasa klan Kembang Naga yang begitu besar akhirnya membuat mereka diterima secara resmi sebagai bagian dari kelompok hwarang. Untuk merayakan keberhasilan tersebut, digelar acara jamuan besar-besaran.

Sempat terjadi insiden kecil ketika Seokpum yang mabuk mulai menyindir Yushin yang dianggap mendapat hadiah besar karena dirinya adalah anak emas Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin). Yushin yang semula diam langsung bereaksi ketika Seokpum mulai menghina Putri Cheonmyeong, namun dengan cepat Bojong (Kwak Jung-wook) mampu menengahi.

Di kediaman Mishil (Go Hyeon-jeong), rapat berlangsung sedikit panas. Seolwon (Jun Noh-min) menyalahkan dirinya karena strategi yang sudah disusun ternyata tidak mampu melenyapkan Kim Seohyeon. Yang terjadi malah kebalikan, perang terakhir membuat posisi Kim Seohyeon semakin kuat.

Yang paling kebakaran jenggot adalah Hajong, yang langsung meminta sang ibu untuk segera bertindak. Namun Mishil ternyata punya rencana lain, ia meminta Sejong (Dok Go-young) untuk menggelar acara jamuan makan untuk menghormati mereka, termasuk Kim Seohyeon, yang kembali dengan selamat dari pertempuran melawan Baekje.

Mishil memang luar biasa. Di acara jamuan makan, ia dengan tegas menekankan bahwa selain keahlian, untuk memenangkan perang juga butuh keberuntungan. Sambil menatap tajam Kim Seohyeon, Mishil mengisyaratkan bahwa apa yang diraih sang rival hanyalah kebetulan semata. Di luar dugaan, diam-diam Bojong punya rencana sendiri.

Di acara pesta, Yushin yang mulai mabuk mulai meracau didepan Deokman (Lee Yo-won) tentang perhatian Putri Cheonmyeong yang begitu besar padanya. Sudah tentu ucapan itu membuat Deokman kebingungan, pasalnya ia merasa sama sekali tidak mengenal sang putri.

Saat tengah berpikir keras, Deokman dikejutkan oleh lemparan batu. Rupanya, yang berusaha memanggilnya adalah biksuni sahabat karibnya. Tidak sadar kalau sang biksuni adalah Putri Cheonmyeong, Deokman dengan gembira menceritakan pengalamannya di medan perang.

Apes bagi Deokman. Setelah ditinggal Putri Cheonmyeong, ia berpapasan dengan hwarang yang baru saja melakukan percobaan pembunuhan terhadap Kim Seohyeon. Dengan licik, hwarang bernama Hwajung tersebut menarik Deokman ke depan Seolwon dan Bojong serta menuduhnya sebagai pelaku.

Akibatnya fatal, Deokman ditangkap dan disiksa supaya buka mulut tentang dalang di balik semua kejadian. Mendengar apa yang terjadi, Putri Cheonmyeong terkejut dan meminta Raja Jinpyeong untuk turun tangan, namun sang raja menolak karena itu berarti tingkah sang putri yang kerap bertemu Deokman yang hanya seorang nangdo bakal mencemarkan nama baik keluarga raja.

Yang paling terpukul adalah Yushin, ia tidak percaya Deokman nekat mencoba membunuh ayahnya. Kepada Yushin, Deokman mengaku tidak bersalah dan dirinya hanya menemui biksuni yang pernah dikenalnya sebelum masuk istana. Berusaha melacak keberadaan jejak sang biksuni misterius, samar-samar Yushin teringat sesuatu.

Dari Jukbang (Lee Moon-shik), Yushin mendapat ide untuk menjebak pelaku sebenarnya. Begitu mendengar kalau Yushin berhasil menemukan biksuni yang bersama Deokman di malam Kim Seohyeon nyaris dibunuh, Bojong yang panik langsung mengutus anak buahnya untuk menghabisi sang biksuni.

Strategi tersebut berhasil, Yushin berhasil meringkus pelaku yang asli dengan menggunakan Jukbang yang menyamar sebagai biksuni. Saat Deokman tengah diinterogasi oleh Mishil dan Seolwon, Yushin muncul sambil membawa pelaku yang asli.

Siapa sangka, Hwajung mengaku kalau perbuatannya adalah karena dendam bangsa Gaya, yang ditaklukkan Shilla, terhadap keluarga Kim Seohyeon yang ingkar janji. Setelah mengakui semua perbuatannya, Hwajung bunuh diri dengan menusukkan tubuhnya ke pedang yang tengah dihunus Yushin.

Keadaan semakin heboh ketika Putri Cheonmyeong tiba-tiba muncul. Berada dalam kondisi susah-payah, Deokman samar-samar melihat sosok sang putri dan langsung terkejut.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 11

Terkejut mendapat serangan mendadak, nyawa Yushin (Uhm Tae-woong) berada di ujung tanduk... sampai tiba-tiba seseorang memanah prajurit Baekje dari belakang. Orang tersebut adalah Deokman (Lee Yo-won), yang ternyata masih hidup.

Di istana, Putri Cheonmyeong kaget saat diberitahu kalau kurir yang diutus untuk menemui Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) adalah Yushin. Berusaha meminta Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) untuk mengirim bantuan, niat tersebut ditentang oleh Mishil (Go Hyeon-jeong) karena itu berarti Shilla, yang tengah dalam negosiasi gencatan senjata, masuk ke wilayah Baekje.

Di medan pertempuran, Kim Seohyeon menugaskan Alcheon sebagai pimpinan pasukan untuk memancing Baekje. Punya peran penting yaitu menyelamatkan ribuan pasukan yang tersisa, Alcheon (Lee Seung-hyo) tidak segan-segan menebas anggota pasukannya yang terluka parah dan tidak bisa bergerak.

Aksi tersebut sempat diprotes Deokman, yang menganggap tindakan Alcheon tidak berperikemanusiaan. Namun Alcheon punya alasan sendiri : prajurit yang tidak bisa bertempur hanya akan memperlambat gerak pasukan dan membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Keruan saja, hal ini membuat Shiyeol (Moon Ji-yoon) yang terluka tangannya semakin ketakutan.

Pasukan Baekje akhirnya berhasil dipancing meski korban yang jatuh tidak sedikit, Deokman ditugaskan untuk memantau keadaan bersama Shiyeol, yang lagi-lagi berulah karena ketakutan. Dengan suara tinggi, Deokman menyebut bahwa bila ingin hidup, Shiyeol harus berjuang mati-matian mempertahankan nyawa.

Dari salah seorang prajurit Shilla yang sekarat, Deokman mendapat kabar penting yang harus disampaikan kepada Alcheon : seluruh tempat telah dikuasai pasukan Baekje termasuk tempat dimana pasukan pengalih perhatian berencana untuk berkumpul kembali dengan Kim Seohyeon.

Sekonyong-konyong muncul pasukan Baekje, yang salah satu panahnya berhasil melukai Alcheon. Seperti perjanjian semula, Alcheon meminta supaya dirinya dihabisi. Tidak tahan lagi melihat aksi pembantaian, Deokman menelan surat yang berisi informasi tempat pertemuan dengan Kim Seohyeon dan mengancam tidak akan memberitahu lokasinya bila Alcheon dibunuh.

Ucapan Deokman masuk akal : jauh lebih baik bila pasukan yang tersisa (termasuk yang terluka) berjuang bersama-sama untuk menghadang pasukan Shilla. Keberanian Deokman melawan perintah atasan membuat Yushin marah, namun ucapan sang nangdo membuatnya tidak berkutik.

Dasar beruntung, Yushin mendapat ide baru untuk menghalau pasukan Baekje berkat ketidaksengajaannya mendengar pertengkaran Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam) : menggunakan daun tanaman beracun.

Strategi tersebut sukses menghancurkan pasukan Baekje, bahkan Shiyeol yang penakut berhasil menaklukkan salah seorang panglima musuh. Namun bayarannya sangat mahal : keberanian Shiyeol adalah untuk yang terakhir kalinya, ia tewas dengan diiringi isak tangis pasukan Kembang Naga.

Intrik berlanjut di istana, Mishil yang mengira Kim Seohyeon sudah tewas mengusulkan untuk mempersiapkan upacara penghormatan. Namun kejutan terjadi : Ratu Maya (Yoon Yoo-sun) muncul bersama Putri Manmyeong (Im Ye-jin), ibu Yushin, dengan membawa kabar kalau Ibu Suri Manho (Jung Hye-sun) sudah menerima Kim Seohyeon sebagai menantu.

Itu artinya status Kim Seohyeon sebagai seorang bangsawan sudah pulih, sejumlah daerah yang semula merupakan miliknya dikembalikan. Tidak cuma itu, Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin) mengusulkan supaya ipar Raja Jinpyeong itu diangkat sebagai wakil menteri pertahanan dan diijinkan untuk menghadiri rapat para pentolan hwarang.

Kalah posisi, Mishil masih bisa tersenyum sambil menyebut bahwa permintaan Putri Cheonmyeong itu baru bisa terealisasi bila Kim Seohyeon bisa kembali dengan selamat. Di medan pertempuran, pasukan pimpinan Yushin akhirnya bisa bertemu dengan sisa pasukan pimpinan Seokpum (Hong Kyung-in), sayangnya keberadaan Kim Seohyeon belum diketahui.

Di tengah keadaan yang semakin genting karena tambahan pasukan Baekje sudah mengepung, Seokpum yang diserahi jabatan pimpinan malah berniat menghabisi Deokman yang dianggap punya niat memberontak karena membantah perintah atasan. Sudah tentu, Yushin dan Alcheon beserta para prajurit yang tersisa langsung membela Deokman.

Sempat berniat menghunus pedangnya, Yushin yang emosi akhirnya meminta supaya diberi kesempatan untuk menghadapi pasukan Baekje bersama klan Kembang Naga sementara Seokpum membawa prajurit yang tersisa ke perbatasan.

Sebelum turun ke medan laga, Yushin menyerahkan sobekan bendera Kembang Naga yang dipegangnya kepada Seokpum sambil meminta hwarang itu menaruhnya di Seorabol untuk mengenang klannya yang sudah berkorban demi Shilla. Setelah itu, Yushin bersama klan Kembang Naga berhadapan dengan prajurit Baekje dalam pertempuran hidup dan mati.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 10

Yang lebih mengenaskan lagi, hwarang yang lebih senior seperti Seokpum (Hong Kyung-in) dan Alcheon (Lee Seung-hyo) diminta untuk menemani Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) di garis belakang. Meski kesal, sebagai prajurit mereka harus menerima keputusan.

Sebelum berangkat ke medan perang, Seolwon (Jun Noh-min) menitipkan surat untuk Kim Seohyeon, yang baru boleh dibuka empat jam setelah kepergiannya. Tidak jauh dari sana, Yushin (Uhm Tae-woong) berpesan pada klan Kembang Naga untuk tidak membuat keonaran sepeninggal dirinya.

Gerakan pasukan Shilla yang berjumlah besar menarik perhatian mata-mata Baekje. Rupanya, itulah yang diharapkan Seolwon. Begitu Kim Seohyeon membaca surat, sang ipar raja baru sadar kalau Seolwon hanya mengalihkan perhatian, sementara tujuan utama adalah menyerang gerbang pertama benteng Ahmak.

Yang membuat Kim Seohyeon kuatir adalah : sebelum menyerang benteng Ahmak, mereka harus lebih dulu menundukkan garis pertahanan Baekje yang terletak di dataran tinggi dimana terdapat pasukan panah.

Begitu diberitahu strategi yang bakal dilakukan, klan Kembang Naga yang berada dibawah pimpinan Alcheon (terutama Shiyeol (Moon Ji-yoon)) langsung pucat-pasi. Kondisi makin kontras ketika mereka mulai terjun ke medan perang, Klan Kembang Naga benar-benar terlihat seperti sekelompok orang amatir.

Saat tengah mengendap-ngendap mendekati musuh, terjadi insiden : Shiyeol, yang ketakutan melihat seekor ular, berteriak sehingga penyamaran pasukan Shilla terbongkar. Untungnya, pasukan pimpinan Alcheon berhasil menaklukkan musuh sebelum jatuh lebih banyak korban.

Setelah menaklukkan gerbang pertama, Alcheon yang geram sempat hendak mengeksekusi Shiyeol yang penakut karena dianggap membahayakan keselamatan rekan-rekannya. Namun, ucapan Deokman (Lee Yo-won) ditambah kemunculan Kim Seohyeon membuatnya harus mengurungkan niat.

Perintah bagi Kim Seohyeon ternyata tidak hanya sampai disitu, Seolwon menginstruksikan supaya menyerang dan menaklukkan benteng Ahmak. Padahal, pasukan Shilla yang tersisa tidak sebanding dengan pasukan Baekje yang ada di benteng Ahmak.

Ditaklukkannya barisan pertahanan pertama benteng Ahmak membuat Jendral Boopae dari Baekje yang berkedudukan di benteng Seokham kaget setengah mati. Marah karena merasa dirinya ditipu, ia langsung memerintahkan lima ribu pasukan untuk merebut kembali garis depan benteng Ahmak.

Seolwon memang benar-benar jendral yang ahli strategi, rupanya tujuan utama sejak semula adalah mengurangi kekuatan di benteng Seokham supaya lebih mudah diserang, sementara pasukan Kim Seohyeon hanya pancingan.

Satu-satunya yang sadar akan bahaya yang bakal menimpa Kim Seohyeon adalah Yushin, namun permintaannya supaya Seolwon mengirimkan bala bantuan hanya ditertawakan oleh sang jendral. Rupanya, sejak semula Seolwon hendak mengorbankan Kim Seohyeon dan pasukannya.

Keadaan makin genting dihadapi pasukan Kim Seohyeon, satu-persatu pos pertahanan Shilla telah ditaklukkan pasukan Baekje yang datang dari benteng Seokham. Posisi mereka terjepit oleh dua tentara sekaligus : dari benteng Ahmak dan bala bantuan dari benteng Seokham.

Satu-satunya kesempatan yang diberikan Seolwon adalah mengirim Yushin sebagai kurir untuk menyuruh Kim Seohyeon dan pasukannya mundur sebelum bala tentara Baekje datang.

Di istana, strategi jitu yang dijalankan Seolwon mampu ditebak oleh Mishil (Go Hyeon-jeong), dan disambut dengan tawa lebar Misaeng (Jun Woong-in). Sang adik lebih kaget lagi saat tahu Mishil mampu mengetahui strategi Seolwon hanya dengan melihat keadaan.

Meski tahu kalau strategi perang yang dijalankan Mishil dan kelompoknya tidak cuma demi menaklukkan benteng yang dikuasai Baekje melainkan sekaligus melenyapkan Kim Seohyeon, Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) tidak bisa berbuat apa-apa.

Dikurung oleh bala tentara Baekje, Alcheon dan pasukannya serta klan Kembang Naga kelabakan. Di saat terakhir, Alcheon memerintahkan supaya para hwarang dan nangdo (calon hwarang) berani menghadapi musuh dengan gagah-berani dan mengorbankan nyawa mereka.

Namun, Deokman yang tidak mau mati konyol mendadak teringat akan strategi lingkaran yang pernah diajarkan Yushin dan langsung memerintahkan pasukan yang tersisa untuk mengikuti perintahnya. Sayangnya karena kalah jumlah, tak lama kemudian satu-persatu prajurit Shilla gugur.

Begitu sampai, Yushin langsung menyampaikan pesan pada sang ayah supaya mundur. Wajahnya langsung pucat saat tahu hanya segelintir dari klan Kembang Naga yang selamat. Bahkan, Deokman diduga telah tewas di medan pertempuran.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 9

Sebagai orang terakhir, Deokman (Lee Yo-won) terus-menerus mendapat hukuman dari pimpinan klan Kembang Naga Kim Yushin (Uhm Tae-woong). Meski jengkel, gadis yang menyamar sebagai pria itu tetap menurut.

Meski dicap anggota paling lemah, Deokman punya satu hal yang tidak dimiliki rekan-rekannya : keinginan untuk menjadi lebih baik. Bahkan saat semuanya istirahat, ia tidak ragu-ragu berlatih memanah sendirian sambil mempelajari teknik yang benar.

Cobaan bagi Deokman dan rekan-rekannya tidak hanya dari Yushin yang kerap memberikan latihan ekstra keras, melainkan juga dari klan hwarang lain yang dipimpin oleh Seokpum (Hong Kyung-in).

Di istana, berita jatuhnya benteng Sokham membuat Raja Jinpyeong kuatir. Namun saat penasehat Eulje (Shin Goo) menyarankan supaya Kim Seohyeon (Jung Sung-mo) memimpin pasukan untuk melakukan serangan balasan, niat tersebut ditentang kubu Mishil (Go Hyeon-jeong).

Lagi-lagi, Raja Jinpyeong tidak berkutik dan hanya bisa mengiyakan ketika Mishil meminta supaya putranya Hajong (Kim Jung-hyun) memimpin pasukan untuk membalas serangan Baekje.

Ketegangan antar klan hwarang memuncak ketika Deokman diganggu Seokpum, yang berusaha mempermalukannya dengan mencopot baju gadis yang dikira sebagai pria itu. Adegan tersebut terlihat oleh anggota klan Kembang Naga lain, sehingga perkelahian antar klan tidak bisa dihindari.

Keributan tersebut kontan menjadi pembicaraan di rapat pimpinan hwarang. Yushin sempat menyebut bahwa keributan disebabkan oleh klan pimpinan Seokpum, namun saat diminta untuk melakukan pembuktian lewat ajang kompetisi antar klan hwarang yang dikenal dengan nama Beejae, pria itu menolak.

Sebagai gantinya, ia menghukum Deokman. Sudah tentu keputusan tersebut membuat emosi anggota klan Kembang Naga, salah satunya Shiyeol (Moon Ji-yoon) berang, mereka menganggap bahwa mundur dari kompetisi adalah tindakan pengecut. Namun, Yushin rupanya punya pertimbangan sendiri.

Sehebat-hebatnya Yushin menghindar, sebuah kejadian yang melibatkan klan Seokpum membuatnya tidak punya pilihan lagi kecuali ikut kompetisi Beejae. Siapa sangka, pertandingan antar klan bisa dihentikan oleh hal yang jauh lebih penting : serangan kerajaan Baekje ke benteng Yeongnam yang letaknya sangat vital bagi Shilla.

Sadar kalau Hajong yang memimpin pasukan Shilla bukan tandingan Baekje, Mishil meminta Raja Jinpyeong untuk mengutus Seolwon (Jun Noh-min) untuk maju ke medan perang. Di tempat lain, Yushin mempersiapkan para anggota klan Kembang Naga untuk pertandingan Beejae.

Begitu sampai di tempat pertandingan, klan Kembang Naga yang telah berpakaian lengkap dikejutkan oleh pengumuman yang disampaikan salah satu petinggi hwarang Hojae (Go Yoon-hoo) : Shilla secara resmi kembali berperang dengan kerajaan Baekje.

Setelah rapat bersama Putri Cheonmyeong (Park Ye-jin), akhirnya diputuskan untuk menyertakan para pasukan hwarang ke dalam pertempuran, diantaranya klan pimpinan Seokpum, Yushin, dan Alcheon (Lee Seung-hyo).

Di malam sebelum keberangkatan, Deokman diam-diam menyelinap keluar kamp untuk bertemu dengan biksuni yang telah dikenalnya beberapa tahun silam. Tidak sadar kalau biksuni itu adalah Putri Cheonmyeong yang menyamar, Deokman menyampaikan keluh-kesahnya tentang Yushin.

Reputasi klan Kembang Naga yang dianggap lemah membuat mereka terlibat perkelahian dengan klan pimpinan Alcheon. Sudah tentu, keributan antar pasukan satu kubu di tengah perang adalah sebuah kejahatan dan pelakunya harus dihukum.

Belum sempat diambil tindakan, tiba-tiba Seolwon muncul. Selain meminta Alcheon dan Seokpum menjaga benteng, sang jendral memberi pengumuman mengejutkan : ia menunjuk Yushin dan anggota klan Kembang Naga untuk ikut terjun ke medan pertempuran.(indosiar.com/mdL)

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 8

Dari semak-semak, secara samar-samar Deokman melihat wajah Mishil, wanita yang kelak bakal menjadi musuh bebuyutannya. Begitu sadar kalau yang ada dihadapannya adalah Mishil (Go Hyeon-jeong), wajah Jukbang (Lee Moon-shik) langsung pucat. Godo (Ryu Dam) yang tidak sadar akan bahaya terus mengoceh, ia heran melihat Jukbang terdiam.

Begitu ada kesempatan, Jukbang dan Godo langsung lari tunggang-langgang karena takut mereka bakal dihabisi setelah Bojong (Kwak Jung-wook) ditemukan. Dengan geram, Seolwon (Jun Noh-min) langsung memerintahkan supaya keduanya ditemukan dengan segala cara.

Di istana, Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung) yang tengah berbincang-bincang dengan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) dan Yongchun (Do Yi-sung) sangat yakin kalau Mishil tidak akan mampu membuktikan keberadaan Bojong, namun mereka ternyata salah.

Melihat Deokman ada di gubuk tempat Bojong semula dirawat, Jukbang dan Godo buru-buru menariknya pergi. Namun di tengah kota, keduanya berhasil ditangkap oleh anak buah Mishil. Tidak kehabisan akal, Deokman sengaja membuat kegaduhan supaya kehadirannya menarik perhatian.

Deokman yang tidak perduli kalau dihadapannya adalah Raja Jinpyeong langsung menunjuk Bojong sebagai orang yang ada saat kemelut di kuil Yeorae. Sudah tentu Bojong membantah, namun Deokman mengeluarkan bukti kuat yang dimilikinya : cincin yang dicuri oleh Jukbang.

Tidak cuma itu, dengan berani Deokman mendatangi Mishil yang sempat sekilas dilihatnya di hutan. Tanpa basa-basi, gadis yang menyamar sebagai pria itu meminta supaya Jukbang dan Godo (yang diakuinya sebagai ayah dan kakak) untuk segera dibebaskan.

Ucapan blak-blakan Deokman membuat Mishil mati kutu. Bahkan berkat perintah Raja Jinpyeong, Jukbang dan Godo yang nyaris dieksekusi akhirnya dibebaskan. Di hadapan sang ayah, Putri Cheonmyeong mengakui semua termasuk soal dirinya yang telah melahirkan seorang putra.

Atas permintaan Putri Cheonmyeong, Kim Yushin dan Deokman akhirnya dibawa kembali ke Seorabol sebagai nangdo alias calon anggota Hwarang. Tentu saja, Jukbang dan Godo, yang mengemis-ngemis pada Deokman untuk ikut diselamatkan, tidak ketinggalan.

Sudah tentu, masuknya Deokman, Jukbang, dan Godo diprotes oleh para anak buah Yushin. Namun, pemuda berhati lurus itu menyebut tidak akan main-main saat menggembleng ketiganya.

Begitu sampai di Seorabol, Putri Cheonmyeong (yang menggunakan cadar) mengambil kembali posisinya sebagai pimpinan tertinggi pasukan hwarang sekaligus menobatkan Yushin dan anak buahnya sebagai bagian dari pasukan elit kerajaan Shilla tersebut.

Dari situlah cobaan dimulai. Sepeninggal Putri Cheonmyeong, Bojong dan pasukan hwarang lain menolak kehadiran Yushin dan anak buahnya. Bahkan setelah menang, Bojong merobek separuh bendera pasukan Yushin dan mengambilnya.

Begitu tahu kalau Putri Cheonmyeong telah melahirkan seorang putra, Mishil langsung tertawa sehingga membuat para sekutunya sedikit gemetar ketakutan. Rupanya, Mishil melihat Putri Cheonmyeong bagai dirinya di masa lalu.

Penasaran dengan sosok lain yang berani menghadapinya, Mishil minta supaya Deokman dibawa kehadapannya. Lagi-lagi, Deokman berani membantah Mishil saat ditanya hubungan antara dirinya dengan Munno.

Pembicaraan keduanya terhenti oleh kemunculan mendadak Yongchun, yang sadar kalau Deokman ada dalam bahaya. Begitu sampai di luar, Deokman menanyakan soal papan nama Chilseok (Ahn Kil-kang) yang sempat dilihatnya. Rupanya, semua orang menyangka Chilseok sudah mati.

Menghilangnya Deokman membuat Yushin marah, ia menghukum sang bawahan dengan karung pasir yang harus diikat di kaki. Dalam kondisi biasa saja, Deokman belum tentu bisa mengimbangi rekan-rekannya sesama nangdo saat berlari jarak jauh, apalagi setelah kakinya diikat karung pasir.

Karena jadi orang terakhir yang sampai, Deokman kembali mendapat ‘hadiah’ satu karung pasir lagi. Kejadian itu lama-lama membuat gadis yang menyamar sebagai pria itu terbiasa, namun ia tetap tidak kehilangan keoptimisannya. Dan tidak terasa, tahun-tahun berlalu begitu cepat.

Kamis, 17 Desember 2009

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 7

Tidak ingin Putri Cheonmyeong celaka, Deokman melepaskan tali yang dipegangnya.

Begitu sadar, Deokman (Nam Ji-hyun) terkejut melihat Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung) ada didepannya. Terbelalak melihat gadis itu nekat terjun menyelamatkannya, Deokman memeluk sang putri dengan wajah berseri-seri.

Malamnya di api unggun, Putri Cheonmyeong langsung mengajak Deokman untuk mencari Munno di biara Yeorae setelah mendengar alasan sahabat barunya itu. Saat hendak membersihkan rambut Deokman, sang putri sedikit terkejut saat tahu Deokman mempunyai tanda lahir yang sama dengannya.

Namun begitu sampai, biara malah telah dikuasai oleh segerombolan pria bertopeng (yang dipimpin oleh Bojong (Kwak Jung-wook)). Terjadi kejar-kejaran, Deokman dan Putri Cheonmyeong sempat nyaris jadi tawanan, namun di saat genting muncul pasukan kerajaan yang dipimpin Imjong (Kang Suk).

Sebuah panas yang dilepaskan Bojong (yang mengenakan topeng) langsung membuat Putri Cheongmyeong jatuh terguling-guling, disusul oleh Deokman dan Bojong, yang terkena panah Imjong.

Bisa dibayangkan, bagaimana marahnya Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) mendengar apa yang terjadi di biara Yeorae. Kuatir dengan keselamatan putrinya, ia memutuskan untuk datang sendiri ke biara yang terletak di propinsi Manno dan dipimpin oleh adik iparnya Kim Sohyeon (Jung Sung-mo).

Kesempatan itu digunakan oleh Mishil (Go Hyeon-jeong) untuk menekan Kim Sohyeon, ia menyebut sang gubernur harus membayar mahal bila Putri Cheonmyeong tidak berhasil ditemukan.

Di pinggir sebuah sungai, Putri Cheonmyeong ditemukan dalam keadaan tidak sadar oleh Kim Yushin (Lee Hyun-woo). Sayangnya terjadi kesalahpahaman, Yushin menemukan gioknya di saku baju yang dikenakan sang putri sehingga mengiranya sebagai pencuri.

Dengan suara tinggi, Putri Cheonmyeong memerintahkan supaya dirinya dilepaskan dan dibawa ke hadapan Kim Sohyeon. Ucapan itu malah membuat Yushin berang, ia membiarkan Putri Cheonmyeong dalam keadaan terikat dan menyaksikannya berlatih.

Keduanya terlibat adu mulut, Putri Cheonmyeong sempat tersentak ketika perkataan Yushin tentang kejujuran mengingatkan akan dirinya sendiri saat berbicara dengan Mishil. Dengan lemas, Putri Cheonmyeong terduduk dan menunggu Yushin menyelesaikan latihannya.

Sementara itu, Deokman di tempat terpisah tengah merawat Bojong yang luka parah terkena panah. Nasib kembali mempertemukannya dengan Jukbang (Lee Moon-shik) dan Godo (Ryu Dam).

Rupanya meski berprofesi sebagai penipu, Jukbang cukup handal sebagai seorang tabib. Deokman langsung gembira melihat Bojong berhasil diselamatkan, namun kembali marah-marah saat tahu cincin pria itu berhasil dicuri Jukbang.

Saat mengantar Putri Cheonmyeong ke pengadilan, Yushin dan para bawahannya melihat pengumuman. Wajahnya langsung berubah pucat saat membaca pengumuman itu, ia sadar kalau yang ada dihadapannya bukanlah pencuri melainkan Putri Cheonmyeong.

Di luar dugaan, Putri Cheonmyeong di hadapan Raja Jinpyoeng menyebut Yushin sangat berjasa menyelamatkan nyawanya. Saat bicara bertiga dengan Mishil, ia langsung membela Kim Sohyeon yang semula hendak ditimpakan kesalahan atas kejadian di biara Yeongrae.

Dengan cepat, Putri Cheonmyeong membalikkan kecurigaan ke kubu Mishil khususnya Bojong, yang disebut tengah pergi ke suatu tempat. Wajah Raja Jinpyeong langsung kuatir melihat putrinya nekat berhadapan dengan Mishil, namun Putri Cheonmyeong menyebut itu adalah ujian baginya.

Diam-diam, Seolwon (Jun Noh-min) siap membayar dalam jumlah besar bagi siapapun yang berhasil menemukan putranya Bojong. Begitu tahu, Jukbang dan Godo langsung kembali ke gubuk tempat Bojong dirawat, dan kembali bertemu Deokman.

Berhasil membujuk Deokman, Jukbang dan Godo berjanji bakal menjadi penunjuk jalan bagi pasukan. Siapa sangka kali ini mereka tidak hanya berhadapan dengan Seolwon, melainkan langsung dengan Mishil sendiri.

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 6

Deokman begitu bersemangat begitu mendengar nama Munno, tanpa sadar kalau kedua orang yang ditemuinya adalah penipu.

Nam Ji-hyun as DeokManBegitu melihat Deokman (Nam Ji-hyun) antusias, penipu yang berpakaian pendeta bernama asli Jukbang (Lee Moon-shik) langsung pura-pura lemas sementara rekannya Godo (Ryu Dam) pura-pura menyebut hal itu dikarenakan si pendeta baru saja bertapa sambil berpuasa.

Dasar polos, Deokman langsung mentraktir keduanya makan enak. Kedok Jukbang nyaris saja terbongkar ketika anak-anak calon hwarang pimpinan Kim Yushin (Lee Hyun-woo) mengkonfrontirnya karena telah mencuri giok, namun dengan licik pria itu menyelipkan giok tersebut ke saku Deokman.

Tidak cuma itu, Deokman juga diberikan sebuah surat untuk seorang pria bernama Seolji (Jung Ho-geun). Mengira kalau dirinya telah mendapatkan titik terang mengenai lokasi keberadaan Munno, Deokman langsung berjalan dengan riang.

Di istana, Mishil (Go Hyeong-jeong) dan orang-orang kepercayaannya menggelar rapat untuk melacak keberadaan Munno (Jung Ho-bin). Hanya ada satu masalah, Munno diduga berada di wilayah pimpinan Kim Sohyeon (Jung Sung-mo) yang juga merupakan adik ipar raja.

Dengan alasan untuk menangkap pemberontak, Mishil mendatangi Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) yang tengah berpesta bersama para menterinya. Kehadiran Mishil langsung membuat rona gembira wajah Jinpyeong berubah, dengan cepat ia mengiyakan keinginan Mishil.

Masalah sempat timbul saat rapat kabinet. Sebelum Seolwon (Jun Noh-min) berbicara, Sejong (Dok Go-young) memotong dengan menyebut supaya pimpinan pasukan diserahkan pada Hajong (Kim Jung-hyun), putranya dengan Mishil. Alasannya sederhana : meski kedudukannya tinggi, Hajong belum melakukan hal heroik bagi Shilla.

Rupanya Sejong punya niat lain, ia ingin Hajong meraih nama besar sehingga kelak bisa menjadi raja setelah Mishil berkuasa. Niat tersebut bukannya tidak diketahui Seolwon dan Bojong (Kwak Jung-wook), namun rupanya Mishil punya rencana sendiri untuk Bojong, putra hasil hubungannya dengan Seolwon.

Saat hendak menyeberang sungai, Deokman dengan seenaknya naik perahu dan duduk di sebelah wanita berpakaian biksuni yang dikelilingi sejumlah pria. Tidak sadar kalau yang disebelahnya adalah Putri Cheonmyeong (Shin Se-kyung), gadis malang itu sempat dilempar ke dalam sungai oleh para pengawal sang putri.

Tiba-tiba muncul segerombolan pria tak dikenal yang langsung menyerang, Deokman berhasil menyelamatkan Putri Cheonmyeong yang nyaris dipanah. Keduanya sempat adu mulut karena sikap Putri Cheonmyeong yang angkuh, namun permusuhan tersebut terlupakan saat keduanya sama-sama menjadi tawanan.

Sempat sumrigah ketika akhirnya menemukan Seolji, siapa sangka surat dari Jukbang malah menjerumuskan Deokman dan Putri Cheonmyeong (yang identitasnya belum diketahui siapapun) dalam kesulitan besar. Langsung memutar otak, Deokman mengaku kalau dirinya bisa mendatangkan hujan.

Dengan wajah bengis, Seolji memberi Deokman waktu tiga hari. Langsung meminta dibuatkan altar, Deokman dengan tidak kenal lelah bersujud-sembah. Masih belum cukup, ia juga menggali tanah untuk mencari sumber air. Tekad Deokman yang begitu kuat akhirnya meluluhkan hati Seolji dan orang-orang disekitarnya.

deok man

Tak berapa lama, hujan mendadak turun seolah langit tersentuh melihat keteguhan hati Deokman. Sayang kegembiraan itu tidak bertahan lama, tiba-tiba pasukan Shilla pimpinan Hajong muncul dan menyerang perkampungan. Untuk kesekian kalinya, Putri Cheonmyeong dan Deokman terlibat pelarian.

Saat tengah berlari untuk meloloskan diri dari kejaran prajurit, Deokman dan Putri Cheonmyeong jatuh terguling-guling. Nasib Deokman sungguh apes, ia nyaris jatuh dari tebing dan satu-satunya yang bisa menolong hanyalah Putri Cheongmyeong yang juga tengah panik.

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 5

Dengan pisau pemberian Raja Jinpyeong, Sohwa memotong tali yang menahan tubuhnya demi menyelamatkan Deokman.

Deokman (Nam Ji-hyun) langsung menjerit histeris melihat tubuh Sohwa (Seo Young-hee) menghilang ditelan pasir hisap, ia nyaris saja terjun menyusul sang ibu kalau saja Chilseok (Ahn Kil-kang) tidak mencegah.

Petaka tidak hanya sampai disitu, mendadak badai gurun bertiup kencang. Begitu tersadar kembali, Deokman berada dibawah tumpukan pasir. Usahanya mencari Sohwa sia-sia, gadis itu hanya bisa menangis dan terbaring di tengah padang pasir sampai akhirnya ditemukan oleh Cartan dan para pedagang lain.

Di Seorabol ibukota kerajaan Shilla, Putri Cheonmyeong (Shin Se Kyung) tiba-tiba terbangun setelah bermimpi buruk. Dalam mimpinya, sang suami yang juga merupakan putra dari raja sebelumnya Kim Yongsu (Park Jung-chul) terbunuh dalam sebuah pertempuran melawan musuh.

Pada kenyataannya, Yongsu yang digosipkan bakal menjadi putra mahkota ditentang oleh pasukan hwarang dan para menteri kabinet karena selain statusnya sebagai putra Raja Jinji yang tersingkir, dirinya dianggap belum berjasa sama sekali bagi kerajaan Shilla.

Sadar kalau banyak pihak yang menentang, Yongsu didepan sidang kabinet menyatakan bakal membuktikan diri dengan menaklukkan salah satu wilayah strategis kerajaan Baekje. Melihat Putri Cheonmyeong begitu sedih, Raja Jinpyeong tidak bisa berbuat apa-apa.

Dengan wajah muram, Raja Jinpyeong memberitahukan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang berubah menjadi delapan, dan menyebut Putri Cheonmyeong sebagai satu-satunya harapan untuk menghadapi Mishil. Ucapan itu sukses membuat sang putri mengurungkan niatnya melarang Yongsu untuk bertempur.

Secara mengejutkan, Kim Yongsu berhasil menaklukkan pasukan Baekje sekaligus memenggal kepala salah satu jendralnya. Sayang dalam perjalanan pulang, ia tewas karena dipanah salah seorang prajurit Baekje (seperti yang diimpikan oleh Putri Cheonmyeong).

Kedukaan juga tengah dirasakan Deokman yang baru saja kehilangan ibunya. Seolah seperti mimpi, Sohwa muncul dihadapannya sambil menghibur gadis yang tengah tersedu-sedu itu. Uniknya, hal serupa juga dialami oleh Putri Cheonmyeong, yang seolah melihat suaminya Yongsu ada didepannya.

Saat tengah mendoakan arwah Yongsu di biara, mendadak Mishil (Go Hyeon-jeong) berada di samping Putri Cheonmyeong. Setelah berdoa, wanita itu memeluk Cheongmyeong sambil membisikkan supaya sang putri pergi sejauh mungkin dan melupakan ramalan tentang tujuh bintang biduk utara yang tidak masuk akal.

Putri Cheonmyeong akhirnya memutuskan untuk tinggal di biara, permintaan itu membuat Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) kaget. Permintaan itu juga ditentang oleh Kim Yongchun (Do Yi-sung), namun sang adik ipar akhirnya mengerti : Cheonmyeong melakukan semua demi keselamatan bayi yang dikandungnya.

Keputusan besar diambil oleh Deokman, ia memutuskan untuk meninggalkan padang pasir menuju Seorabol untuk mencari tahu asal-usulnya. Sebelum berpisah, sahabatnya Cartan berpesan supaya dalam perjalanannya, Deokman menyamar sebagai seorang pria.

Mata Deokman terbelalak takjub begitu sampai di Seorabol, namun mencari sosok Munno ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Dirinya nyaris putus asa, sampai secara tidak sengaja ia mendengar seorang berpakaian rahib mengatakan bahwa tidak semua orang bisa bertemu Munno.