Selasa, 26 Januari 2010

Sinopsis The Great Queen Seon Deok episode 47

Meski unggul posisi, Chilseok (Ahn Kil-kang) tidak berani menyerbu masuk ke pondok dimana Putri Deokman (Lee Yo-won) berada. Dalam keadaan terjepit, tiba-tiba Sohwa (Seo Young-hee) mengajukan usul yang cukup berbahaya.

Putri Deokman terus menolak karena sadar betapa besar resiko yang harus ditanggung, namun ia bergeming ketika Sohwa memanggil namanya secara langsung dan meminta Deokman untuk menurut. Di luar, Chilseok menugaskan sejumlah pasukan terbaiknya untuk mengenakan topeng dengan satu tujuan : membunuh Putri Deokman.

Secara mengejutkan, orang-orang kiriman Chilseok tewas dengan mengenaskan dengan cepat. Sadar bahwa di sisi Putri Deokman ada pendekar berilmu tinggi selain Yushin (Uhm Tae-woong), Chilseok memutuskan untuk memimpin langsung penyerangan ke dalam pondok.

Berada di ruang sempit membuat Chilseok terperangkap, di dalam sebuah kamar ia berhadapan dengan Yushin. Meski masih cedera, Yushin mampu menahan Chilseok. Begitu melihat beberapa orang terbujur kaku, Chilseok baru sadar kalau dirinya ditipu. Rupanya, kubu Putri Deokman menggunakan kostum pasukan bertopeng untuk menyelinap keluar.

Buru-buru keluar untuk meringkus mereka yang kabur, Chilseok tidak tahu kalau Putri Deokman yang asli masih berada di dalam pondok sementara yang kabur dengan pakaian musuh adalah Wolya (Joo Sang-wook) dan Sohwa. Dengan kehebatannya, Chilseok mampu mengejar hingga tinggal berhadapan dengan dua orang yang kabur. Teringat akan perintah Mishil (Go Hyeon-jeong), Chilseok langsung menyiapkan pedangnya untuk melakukan serangan terakhir.

Dari atas pohon, Chilseok kembali mengingat akan perjuangannya selama ini untuk menghabisi Putri Deokman sebelum kemudian melompat dari atas pohon untuk menebas pedangnya sekuat tenaga. Di tempat lain, Putri Deokman yang tengah berusaha meloloskan diri tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa di bagian dadanya.

Begitu membuka topeng orang yang ditebasnya, Chilseok sangat terpukul saat tahu orang itu adalah Sohwa, yang sempat mengucapkan pesan terakhir sebelum meninggal. Dengan gontai, Wolya kembali ke persembunyian PUtri Deokman sambil membawa berita buruk. Bisa dibayangkan, bagaimana terpukulnya sang putri melihat wanita yang sudah dianggapnya sebagai ibu sendiri terbujur kaku dihadapannya.

Tidak cuma Putri Deokman, Chilseok tidak kalah terpukul saat mengetahui kalau dirinya telah membunuh Sohwa dengan tangannya sendiri. Meski begitu, ia tetap menyatakan kesetiaannya pada Mishil meski dalam hati merasa kalau dirinya seharusnya sudah mati sejak lama.

Di hadapan semua orang, terutama Jukbang (Lee Moon-shik) yang terus menangis, Putri Deokman terlihat begitu tegar. Namun saat tinggal sendirian, gadis itu menangis sejadi-jadinya. Adegan itu terlihat oleh Yushin dan Bidam (Kim Nam-gil), dan seolah tersadar akan sesuatu, Putri Deokman langsung bangkit dari kesedihannya.

Sama seperti sebelumnya, kematian orang terdekat membuat semangat Putri Deokman semakin berkobar. Tidak ingin lagi ada yang mati demi dirinya, Putri Deokman mengabaikan saran Chunchu (Yoo Seung-ho) dan memutuskan untuk keluar dari persembunyian sehingga semua orang tahu kalau dirinya masih hidup.

Kesempatan tersebut datang ketika muncul kabar bahwa utusan dari kerajaan Tang bakal datang ke Seorabol. Saat iring-iringan masuk ibukota, tiba-tiba dari atas muncul selebaran yang berisi ajakan kepada rakyat untuk membebaskan Raja Jinpyeong (Jo Min-ki) yang tengah ditawan oleh Mishil. Dalam waktu singkat, isi selebaran tersebut menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan rakyat dan hwarang.

Kecurigaan terhadap Mishil langsung merebak, satu-satunya pentolan hwarang yang membela adalah Seokpum (Hong Kyung-in). Dengan posisi yang makin terdesak, Mishil harus berhadapan dengan utusan kerajaan Tang yang mengajukan permintaan yang tidak masuk akal. Sadar kalau dirinya diremehkan, Mishil meminta waktu untuk bicara empat mata dengan sang utusan.

Untuk membuktikan kalau dirinya tidak main-main, Mishil dengan dingin menyebut siap melakukan apapun untuk memastikan Shilla tidak dianggap remeh termasuk dengan memenggal kepala utusan dari kerajaan Tang. Tekanan tersebut sukses membuat sang utusan gentar, sambil minta maaf ia menyebut siap memulai hubungan baik dengan pimpinan Shilla yang baru.

Ketika berjalan keluar, Mishil terus dipuji oleh Misaeng (Jung Woong-in) karena kehebatan diplomasinya. Ia tidak mendengar sebuah suara yang terus memanggilnya, dan baru sadar saat terdengar vas pecah. Begitu melihat siapa yang muncul dengan pakaian prajurit istana, Mishil dan rombongannya sangat kaget.(indosiar.com/mdL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar